Lihat ke Halaman Asli

M Chozin Amirullah

TERVERIFIKASI

Blogger partikelir

Jariyah Sang Pengepul Minyak Jelantah

Diperbarui: 19 April 2022   04:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Namanya Sugi, sehari-hari adalah pemulung (tepatnya pengepul) minyak jelantah, minyak bekas. Markasnya di kompleks para pemulung lainnya. Tetapi jangan ditanya soal rezeki dan amalnya. Buktinya, Ramadan kali ini ia bisa menyantuni setidaknya 40 anak yatim di sekitar lokasinya. 

Tak hanya di bulan Ramadan, tiap bulan ia juga menanggung biaya anak yatim dari sebuah panti yang tak jauh dari lokasinya. Artinya ia memiliki kelebihan rezeki yang bisa dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan, dari hasil komoditas barang bekas.Pak Sugi mendapatkan dua sumber arus pahala. 

Pertama pahala dari kegemarannya beramal untuk anak yatim; kedua, pahala dari praktik ekonomi yang pro-lingkungan. Berbisnis barang bekas seperti minyak jelantah, secara tak sadar dan tanpa perlu menguasa teori yang tinggi-tinggi, ia mempraktikkan konsep Circular Economy; yaitu sistem ekonomi yang mengoptimalkan prinsip2 3R (reduce, reuse, dan recycle) dalam rantau ekonominya.

Saya pernah dapat tawaran kursus online Circular Economy dari University of Cambridge, 1,5 bulan harganya $1.781. Harga itu kalau dikonversi ke rupiah sekitar 25 juta rupiah. Mahal, kan? Tapi bagi Pak Sugi, tak perlu kursus itu, dia sudah menjalankan dalam bisnisnya.

Sugi asli Jawa Timur, merantau ke Jakarta sejak lulus SMA. Kehidupan masa kecilnya sebagai anak yatim yang ditinggal ayahandanya membuatnya terbiasa bekerja keras -- membanting tulang melawan nasib. Awal merantau, Sugi pernah bekerja sebagai kuli bangunan, pernah juga sebagai OB (office boy). 

Karirnya berangsur membaik karena ia selalu memegang teguh kejujuran  dan loyalitas pada atasannnya. Kini, sebagai pengepul minyak jelantah, ia adalah partner bagi beberapa mantan bos-nya, dan bos bagi para karyawannya. Bisnis pengumpulan minyak jelantah telah banyak mengubah ekonominya.

Baginya, acara santunan anak yatim sore ini adalah seperti mengenang kembali masa lalunya sebagai anak yatim. Matanya berkaca-kaca saat menceritakan para anak yatim itu dan masa lalu. Masa lalu yang getir sebagai anak yatim tak ingin dialami lagi oleh anak-anak setelahnya. Kutangkap, ada luapan kebahagian luar saat ia bertemu dan menyantuni anak-anak itu.

Di Jakarta banyak Sugi-Sugi lain, yang perubahan nasibnya tak menjadikannya angkuh dan hidup eksklusif. Mereka mensyukuri nikmat keberhasilannya dengan berbagai kepada sesama, terutama kepada mereka-mereka yang paling membutuhkan. Ramadan memberikan kesempatan kepada siapa saja untuk berbagi dan mengasihi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline