Lihat ke Halaman Asli

M Chozin Amirullah

TERVERIFIKASI

Blogger partikelir

Diam Bukan Lagi Emas, Diam Berarti Kalah

Diperbarui: 22 September 2021   17:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh M Chozin Amirullah (mantan aktivis '98)

Pasti pernah naik angkot bukan? Bayangkan diri Anda sedang naik angkot. Anda sedang tergesa-gesa. Tapi, jalanan crowded, macet. Tiba-tiba driver-nya berinisiatif kaluar jalur, zig-zag, menerobos, lawan arus, langsung merengsek ke depan. Lalu Anda lebih cepat sampai ke tujuan!

Saya ingin tanya, bagaimana perasaan Anda? Senang? Memujinya sebagai driver yang terampil? Walaupun sebenarnya di hati yang paling dalam tahu, tindakan itu melanggar aturan dan bahkan membahayakan.

Anda suka dengan tindakaan driver itu, karena Anda berada di dalamnya, menjadi bagiannya. Ada kepentingan kita yang terfasilitasi olehnya. Coba bayangkan jika Anda bukan orang yang di dalam angkot itu? Pasti Anda kesal bukan? Menyebutnya driver slebor.

Ilutrasi ini untuk menggambarkan situasi sekarang. RUU revisi KPK (baca: RUU penguburan KPK) akhirnya diketok palu oleh DPR-RI. Presiden bahkan menyepakati. Secara umum, sikap masyarakat terbelah menjadi tiga kelompok: pertama, yang menolak revisi; kedua, yang mendukung; dan ketiga, yang diam.

Mahasiswa menolak, mereka demo. Mayoritas rakyat juga menolak, bersuara melalui medsos dan atau dukungan logistik kepada mahasiswa yang demonstrasi. Mereka masuk kategori pertama.

Mereka juga yang mendukung revisi, mendapatkan full support logistik. Entah dari mana datangnya. Bikin demo tandingan pake massa bayaran. Bikin meme-meme pujian pada junjungan. Juga bikin isu Taliban. Mereka kategori kelompok kedua.

Tapi ada juga yang diam. Tak bersuara. Ini kategori kelompok ketiga. Katanya mengamati dulu, kuatir kalau berbuat akan menggerus popularitas junjungannya.

Kembali ke ilustrasi naik angkot di atas. Kelompok pertama adalah kelompok yang di luar kekuasaan. Mereka adalah yang tidak sedang naik angkot si driver slebor itu. 

Bukan berarti mereka tidak pernah naik, mereka mungkin pernah naik, cuma saat ini sedang tidak naik. Mereka sikapnya tegas, teriak saat melihat driver mengemudi secara membahayakan.

Kelompok yang kedua, mereka adalah bagian dari apparatus si driver itu. Mereka memang hari-harinya bekerja pada driver. Mereka musti tunduk dengan apapapun kata driver.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline