Lihat ke Halaman Asli

M Chozin Amirullah

Blogger partikelir

Wabah Muhibah yang Menjadi Inspirasi

Diperbarui: 11 Juni 2017   07:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

Masuk ke fakultas pertanian cinta-citanya sederhana, setelah lulus harapannya akan pulang kampung untuk meneruskan mengelola sawah orang tuanya di Karawang sana. Untung-untuk bisa menjadi penyuluh di daerahnya, tetapi jikapun tidak, setidaknya dengan ilmu bekal sarjana pertanian yang dimilikinya bisa mengelola pertanian keluarganya dengan lebih baik.

Tetapi siapa sangka, anak seorang petani itu kini menjadi petinggi di salah satu bank pemerintah terbesar di negeri ini. Dialah Babay Farid Wajdi, sosok alumni Pertanian UGM yang menjadi tuan rumah acara buka bersama KALAMTANI (Keluarga Alumni HMI Pertanian UGM) di Jakarta, 10 Juni 2017.

"Semua berawal dari rumah bertiang besar di Jakarta yang saya kunjungi beberapa puluh tahun yang lalu itu", dia bercerita. Tanpa ingat dengan jelas nama pemilik rumah itu, dia menceritakan bahwa keberaniannya untuk memancangkan cita-cita lebih tinggi terinspirasi sejak itu.

"Seandainya tak berkunjung dengan rumah bertiang besar itu, mungkin saya enggak akan jadi seperti sekarang ini', kelakarnya.

Waktu itu, sebagai anggota HMI diirinya mengikuti program Muhibah ke alumni-alumni HMI di Jakarta. Program ini diselenggarakan setiap tahun oleh HMI Komisariat Fakultas Pertanian UGM. Memanfaatkan waktu liburan, mahasiswa diajak jalan-jalan berkeliling silaturahim ke para alumni HMI yang sudah sukses di kota lain. Kota tujuan utama biasanya Jakarta, Bandung dan Surabaya. Mereka biasanya juga menginap di salah satu rumah alumni.

Alkisah pada suatu hari Farid terkesan dengan satu rumah alumni yang bagus dan bertiang besar. Baginya, rumah itu mewah dan megah. Dari situlah timbul pemikiran, "wah,...hebat juga alumni ini. Ternyata alumni pertanian juga bisa berkarir di Jakarta dan menjadi orang kaya dan memiliki rumah sebesar ini".

Di situ dia mulai tergugah untuk mengubah cita-citanya, dari yang tadinya sebatas menjadi penyuluh pertanian, ingin menjadi seperti alumni yang dikunjunginya itu.

"Sama-sama kuliah di fakultas pertanian, jika Bapak alumni ini bisa maka sayapun harus bisa", gumannya dalam hati.

Selanjutnya, saat perjalanan keliling Jakarta, ia menyaksikan gedung-gedung tinggi yang megah. Ia mulai bermimpi untuk bisa bekerja di salah satu gedung itu. Salah satu gedung tinggi yang ia lewati bertuliskan Bank Indonesia. Waktu itu ia berguman dalam hati: "Inilah tempat dimana uang dicetak. Nanti setelah lulus, saya ingin melamar kerja di tempat ini."

"Saya memang akhirnya tidak bekerja di BI melainkan di Bank Mandiri. Tetapi istri saya bekerja di sini. Dulu kami berdua sama-sama melamar di BI. Saya tidak diterima, tetapi mantan pacar saya yang diterima he he he", dia menambahkan.

Saat hadir dalam sebuah acara temu alumni yang diselenggarakan di sebuah hotel di Yogyakarta. Acara tersebut berlangsung meriah, disponsori oleh salah satu alumni yang waktu itu menjabat sebagai Kepala Bulog di era Presiden Suharto. "Seumur hidup saya ingat momen itu. Itu pertama kali saya makan di hotel", katanya. Ia sangat terkesan dengan sosok alumni yang bisa mensponsori acara semewah itu. Ternyata kuliah di pertanian juga bisa menjadi seperti dia yang sekolahnya bisa lanjut ke luar negeri lalu pulang menjadi orang penting di negeri ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline