Lihat ke Halaman Asli

M Chozin Amirullah

TERVERIFIKASI

Blogger partikelir

Koh Edward: Ekspresi Nasionalisme Sahabat Tionghoaku

Diperbarui: 8 Februari 2016   13:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Edward dan Saya"]

[/caption]

"At the end of my life, I want to be able to say that I contributed more than I criticized"
[Edward Suhadi, fotografer peofesional]

Panggilannya Edward, lengkapnya Edward Suhadi. Badanya gedhe-kebulatan, matanya sipit, kepalanya plonthos disisakan rambut bagian tengahnya aja - gaya mohawk. Dari model matanya, orang pasti dengan mudah mengenali bahwa ia adalah keturunan Tionghoa. Cuma peranakan Tionghoa yang satu ini agak eksentrik, biar pun banyak duit, ia tetep aja bergaya 'ndeso' dan penggemar fanatik sop buntut.

Aku pertama kali akrab Edward saat perjalanan keliling Jawa bersama Anies Baswedan. Waktu itu, menjelang akhir Desember 2013, dalam rangka konvensi salah satu parpol. Kami rombongan berkeliling Jawa menggunakan bus menempuh perjalanan 3000 Km. Saya dan Edward adalah bagian dari tim roadshow tersebut. Kami mengunjungi tokoh-tokoh pesantren dan bertemu dengan para kyai khos di seantero Tanah Jawa.

Bagi saya yang memang dibesarkan di pesantren, perjalanan mengunjungi kyai adalah bukan hal yang baru. Tetapi perjalanan tersebut menjadi istimewa karena ada Edward. Bayangkan, dia yang keturunan Tionghoa, Nasrani pula, bertandang - bersilaturahmi - sowan dengan para ulama di jantung-jantung pendidikan Islam, pesantren. Sebut saja, diantaranya: Ponpes Cipasung (di Tasikmalaya), Ponpes Al-Falaah (Bogor), Ponpes Lirboyo (Kediri), Ponpes Tebuireng (Jombang), Ponpes Mbah Maemun Zubair (di Rembang) dan sebagainya. Kami  Bukan hanya mengunjungi yang hidup, bahkan berkunjung ke orang-orang yang sudah meninggalkan dunia. Kami berkunjung ke makam Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari dan Gus Dur di Jombang, serta Mbah Kyai Kholil Bangkalan, Madura. 

Kehadiran Edward di pesantren-pesantren juga memberikan nilai lain bagi warga pesantren, bahwa ada wajah lain yang berbeda dengan mereka hadir sama-sama sebagai bagian dari bangga Indonesia. Ternyata, keberbedaan itu tidak harus saling mengancam, perbedaan itu justru menjadi tumbuhnya kesalingpengertian.

Sebagaimana kebanyakan keturunan Tionghoa di Jakarta, secara ekonomi Edward adalah kelas menengah atas, yang sebenarnya sudah cukup nyaman jika hanya berpikir tentang bisnis dan urusan keluarganya. Akan tetapi Edward bukan sosok yang demikian, ia memilih untuk terlibat dan turun tangan memikirkan negeri ini.

Dalam kapasitasnya sebagai top fotografer, Edward menyumbangkan kreativitasnya untuk dikontribusikan pada gerakan sosial, terutama yang digagas oleh Mas Anies. Sejak Mas Anies membangun gerakan Indonesia Mengajar, Edward telah banyak membantu mengabadikan aktivitas para pengajar muda yang dikirim ke daerah terpencil, untuk bisa disaksikan oleh khalayak ramai.

[caption caption="Video turun tangan "cerita kopaja""]

[/caption]

Pun saat Mas Anies merintis gerakan Turun Tangan, Edward berkontribusi membuat video-video civic education yang diunggah di youtube. Serial video pendidikan politik 'Bokowe Empuk' yang menampilkan Mas Anies dan komedian Pandji adalah hasil dari besutan Edward bersama tim kecilnya, di studionya di kawasan Slipi, Jakarta Barat. Ia pula yang berada di balik lahirnya video Turun Tangan: "Kopaja"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline