Lihat ke Halaman Asli

Keluar dari Zona Nyaman dan Berani Ambil Resiko, demi Mendapatkan Sebuah Pengalaman

Diperbarui: 5 Juni 2024   19:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di bangku SMP saya dikenal sebagai siswi aktif di bidang non akademik. Saya mengikuti beberapa kegiatan non akademik seperti paskibraka, pramuka, osis, mengikuti lomba yel-yel setiap tahunnya. Sehingga kegiatan pembelajaran terganggu, bahkan saya mengakui tidak ada 1 pembelajaran pun yang saya pahami. Sangat disayangkan saya lalai terhadap tujuan utama saya sebagai seorang pelajar. Di tahun terakhir saya menduduki bangku SMP, saya mendapati tawaran dari salah satu guru matematika yang menjadi pelopor baca cepat. Beliau adalah Toha Maksun, saya ditawarkan untuk menjadi tim baca cepat dengan benefit yang akan saya dapatkan yaitu pembiayaan kuliah hingga lulus, pembiayaan les bahasa inggris dan gaji. Syaratnya saya harus siap bekerja selama 5 tahun bersama dengan pak Toha dimana pun tempatnya. Saya sudah di restui oleh orang tua saya, tetapi lagi-lagi saya tidak berfikir secara keseluruhan. Saya menolak tawaran yang di berikan bapak Toha, dengan alasan saya takut jika harus belajar bahasa Inggris pada saat itu.

Awal menduduki bangku SMA kita di dapati musibah besar yang menjadi bencana bagi seluruh dunia. Di tahun tersebut sedang maraknya kasus covid-19 yang dimana kegiatan sosial berubah total. Semua kegiatan yang awalnya serba offline dialihkan menjadi online karena virus tersebut yang cepat menular dan dapat mengakibatkan kematian bagi siapapun yang terkena. Sehingga seluruh kegiatan pembelajaran menggunakan media aplikasi zoom meeting. Belajar menggunakan media online menurut saya kurang efektif, karena yang seharusnya kita fokus belajar tetapi banyak gangguan yang kita alami seperti ibu yang meminta tolong, adik yang usil, jaringan yang eror dan masih banyak lagi. Di setiap pembelajaran yang hadir pada zoom meeting hanya ada 5 siswa termasuk dengan saya dari 30 siswa yang ada. Saya menjadi siswi satu-satunya yang diandalkan oleh guru-guru. Semua tugas dan arahan ditujukan pada saya sehingga membuat saya merasa seperti home schooling dengan biaya murah. Dari awal saya kurang ahli di bidang akademik, saya bisa saja pasif dan menghilang seperti teman-teman saya yang lainnya, tetapi saya satu-satunya yang diharapkan oleh banyak orang. Sehingga saya memutuskan untuk tidak diam dengan terus mengajak teman saya untuk bergabung di kelas online, dan melaporkan perkembangan dari teman saya kepada guru. Tak heran jika guru-guru sekolah kompak menjuluki saya sebagai siswi terajin. Pada masa itu saya masih aktif mengikuti dan melanjutkan kegiatan non akademik seperti paskibraka, IPM, tari yosakoi dan mendapatkan beberapa kejuaraan. Pada akhirnya saya lulus dengan peringkat 1 se-IPS dan lolos SNBP di Universitas Airlangga prodi ekonomi islam. 

Pastinya saya sangat bangga atas capaian yang saya dapatkan dan tidak sedikit guru-guru, teman terdekat, keluarga yang memberikan selamat dan ikut bangga atas capaian saya. dari sini saya belajar bahwa di setiap resiko yang diambil pasti ada hikmah yang di dapat. Belajar dari kesalahan dan memperbaikinya adalah suatu hal yang menyenangkan, lebih baik gagal tetapi sudah merasakan dan mendapatkan pengalamannya dari pada penasaran terus-menerus karena belum mencobanya. harus melewati kegagalan terlebih dahulu. Perjalanan saya tidak berhenti disitu justru ini baru awal dari perjalanan yang sebenarnya. Menjadi mahasiswa bukan hal yang mudah bagi saya, apalagi sekelas Universitas Airlangga. Banyak tuntutan alami yang saya rasakan, penyesuaian yang spontan dan insecure yang sesungguhnya. Harus berani, percaya diri, dan yang paling penting sesuai dengan motto Unair yaitu excellent with morality. Jika tidak saya akan tertinggal jauh dan tidak bisa mengejar ketertinggalan, karena semua bergantung pada diri pribadi. Saat ini saya sedang belajar menjadi seorang yang kritis dan target saya pada semester ini fokus untuk kegiatan pengabdian. Saya mengikuti pelajar mengajar yang di naungi oleh PD IPM Surabaya, Surabaya Next Leader dan beberapa kepanitiaan lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline