Siapa tak kenal Jogja? Kota yang begitu damai dan menyimpan berbagai obyek wisata yang menarik. Mulai dari pantai, pegunungan, bahkan bangunan-bangunan bersejarah sangat banyak dapat ditemui di daerah ini. Meskipun ada yang sudah berkali-kali, tentu ingin datang kembali.
Termasuk saya. Sebelumnya, tahun 2008 saya ke sana bersama rombongan sekolah SMP.
Setelah sekian lama, saya kembali ke Jogja pada Oktober tahun 2017. Hampir sepuluh tahun tak menemuinya, rasanya saya kangen sama kota itu. Entah kenapa, padahal saya bukan orang sana dan sebelumnya baru sekali datang ke sana.
Hati yang tertinggal di sana seakan terus memanggil bagian lainnya dari dalam diri saya untuk kembali mengunjunginya. Suara panggilan itu, semakin lama semakin menumbuhkan rasa rindu di dada. Rindu yang semakin hari semakin membuncah, hingga diri ini tak mampu menahannya. Terbanglah ia melampaui keterbatasan saya, sampailah ke langit tujuh. Tempat di mana berbagai doa terkabulkan.
Semesta mendukung. Diaturlah sebuah ketetapan di bumi. Yang di dalamnya mempertemukan hati yang terpisah rindu, sejauh Jakarta-Jogja.
Perjalanan Ketiga ke Jogja
April 2019, pukul 9 malam saya telah berada di Stasiun Pasar Senen, Jakarta. Menunggu kereta Bogowonto yang akan berangkat tepat jam 21.45t. Ke mana? Ke Jogja lagi!
Ketika tertidur dalam perjalanan, saya beruntung terbangun sebelum fajar terbit. Masih bisa saya nikmati pemandangan pagi buta di daerah sebelum kereta berhenti. Tanaman-tanaman di sekitar rel nampak masih segar dengan embun paginya yang menyelimuti. Sampai tetesan embun yang terakhir itu mengawali terbitnya sang surya.
Mata saya memandangi fajar yang masih belia itu. Sinarnya yang nampak masih malu-malu untuk keluar, kiranya sebagai sapaannya pada kami yang baru saja sampai Jogja. Kereta nampak semakin pelan jalannya. Menandakan sebentar lagi kami sampai. Sekitar jam 6 pagi, kereta berhenti di tujuan akhir pemberangkatan.
Stadion "San Siro" PSS Sleman
Saya memang telah terbiasa melakukan perjalanan sendiri. Maka ketika sampai di Jogja sendirian pun saya tak kebingungan. Keluar dari stasiun kereta, tanpa berpikir panjang saya langsung memesan layanan ojek daring. Tujuan yang saya pilih adalah Stadion Maguwoharjo, Sleman.
Telah lama saya ingin mengunjungi Stadion tersebut. Selain kualitasnya yang bagus, Stadion yang dijuluki sebagai stadion "San Siro" dari Indonesia ini adalah markas klub sepak bola PSS Sleman. Saya juga amat mengagumi Suporter tim PSS yang begitu kreatif dalam mendukung tim kebanggaanya.
Sayangnya pas saya kesana sedang tidak ada jadwal PSS bertanding. Tapi beruntung, saya diberi izin memasuki stadion untuk sekadar mengabadikan momen dengan berfoto sebagai kenangan bahwa saya pernah mengunjunginya.
Selepas dari Maguwoharjo, saya mencari tempat buat penginapan malamnya. Setelah coba cari-cari di Google, akhirnya saya pilih menginap di sebuah penginapan di depan Polda DIY. Harganya cukup terjangkau. Per harinya cuma 80 ribu. Saya hanya perlu menginap semalam.