Lihat ke Halaman Asli

Payung dan Hujan

Diperbarui: 2 Oktober 2024   18:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

      Malam itu, hujan turun dengan sangat deras, seakan-akan langit sedang menangis. Rasanya amat hampa saat itu, hujan tanpa pesan darimu. Aku merasa seperti sebuah payung dan kau adalah air hujan, payung yang menunngu hujan untuk turun dan mulai menari dengan riak air hujanmu.

      Hujan membuatku merasa dekat denganmu, aku selalu menatap langit dan menunggu hujan turun. Semakin kudengar suara rintik hujan, aku semakin rindu padamu. Aku menyesal saat itu, membuatmu kesal hingga meninggalkanku dikala hujan turun, hal itu selalu terpikir di benakku.

      Namun, layaknya hujan yang selalu menampakkan pelangi setelahnya, kita telah menemukan kebahagiaan kita masing-masing, walau bukan perpisahan yang kumau untuk akhir cerita kita, namun sekarang kau tampak lebih bahagia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline