Lihat ke Halaman Asli

Gagasan Nachrowi Ramli Mengenai Visi Maritim Jokowi

Diperbarui: 12 Januari 2016   20:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengutip gagasan bang nara dalam menghadapi tantangan dunia kemaritiman Indonesia kedepan “Think Globaly Act Localy” sesuai dengan visi misi presiden Joko widodo yang menjadikan laut sebagai halaman Indonesia.

Gambaran perbandingan kekuatan maritim nusantara berdasarkan periodesasi waktu dengan memperlihatkan faktor-faktor utama yang menyebabkan perbedaan itu, dan penjelasan bahan pembelajaran yang penting bagi pembangunan kedaulatan maritim nasional dalam konteks kekinian? Sejarah maritim Indonesia dibuktikan dengan kejayaan –kejayaan kerajaan yang ada di nusantara dalam melakukan aktifitas dilaut seperti perdagangan, diplomasi dan perluasaan kekuasaannya pada waktu lampau.

Kerajaan sriwijaya dan  kerajaan majapahit merupakan bukti sejarah maritim Indonesia yang pernah berjaya pada masanya. Kerajaan Sriwijaya pernah pula menjadi pusat pendidikan dan pengembangan agama Budha pada 617 mengadakan hubungan dengan raja Dewapaladewa dari India pada tahun 860 M. Kerajaan Sriwijaya mengalami puncak kejayaan pada tahun 850 M. Masa kejayaan berlangsung selama pemerintahan Raja Balaputradewa, di mana rakyat hidup tenteram dan makmur.

Kekuatan armada lautnya, Sriwijaya mampu mengusai lalu lintas perdagangan antara India dan Cina, serta menduduki Semenanjung Malaya, Jawa, dan Borneo. Pada abad ke-8, Sriwijaya telah mampu menguasai seluruh jalur perdagangan di Asia Tenggara yang menjadi pusat transit perdagangan antara barat dan timur.Sriwijaya juga menghasilkan berbagai macam hasil bumi, hingga memiliki  relasi dagangnya dengan Cina, India yang pada waktu itu merupakan komoditas utama perdagangan lintas kerajaan di perairan selat malaka bahkan sampai ke laut china selatan dan samudra hindia.

Kerajaan sriwijaya mulai mengalami penurunan pada abad ke XI Masehi ini ditandai dengan Raja Balaputradewa wafat, tidak ada lagi raja yang cakap memerintah sehingga secara politis membuat sistem pemerintahan kerajaan sriwijaya mengalami penurunan pengaruh terhadap rakyat serta daerah-daerah kekuasaannya .

Letak Palembang yang jauh dari laut membuat kapal-kapal tidak mau singgah dan mencari tempat lain untuk berlabuh hal ini sangan mempengaruhi juga sentralisasi kegiatan ekonomi kerajaan sriwijaya. Banyak wilayah bawahan yang melepaskan diri, misalnya Jawa Tengah dan Melayu. Selain hal tersebut diatas masa kemunduran dan keruntuhan sriwijaya juga datang dari luar seperti serangan dari  kerajaan lain, seperti dari Kerajaan Colamandala, India Selatan (1017 M); ekspedisi Pamalayu dari Kerajaan Singasari (1275 M), dan serangan Majapahit (1377 M) yang mempercepat runtuhnya peradaban kerajaan sriwijaya sebagai kerajaan maritim[1]

Setelah kerajaan sriwijaya mengalami kemunduran peran kerajaan sriwijaya di ambil alih oleh kerajaan majapahit yang mulai memperkuat armada angkatan lautnnya untuk melakukan ekspansi ke seluruh penjuru perairan. Puncak kejayaannya pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389 yang kekuasaannya meliputi Nusantara, Desantara Indocina, dan Dwipantara Cina dan India.

Perluasan wilayah ini dicapai berkat politik ekspansi yang dilakukan oleh Patih Mangkubumi Gadjah Mada. Majapahit disegani di dunia. Di Asia ditakuti Kekaisaran Tiongkok China karena pada abad itu hanya ada dua Kerajaan besar, yaitu Tiongkok dan Majapahit. Kendali Senopati Sarwajala Mpu Nala mengerakkan  kapal-kapal perang Kerajaan Majapahit yang mampu menaklukkan satu demi satu pulau-pulau dan negara-negara di kawasan Nusantara demi terlaksananya Ikrar Sakti Sumpah Palapa. Sumpah Amukti Palapa yang diucapkan Gajah Mada terbukti pada masa pemerintahan Sri Rajasanagara (Hayam Wuruk) yang memerintah dari tahun 1350—1389 M. Dalam hal ini dapatlah disimpulkan bahwa dengan adanya konsep persatuan dan kesatuan Nusantara (Sumpah Palapa) yangkekuasaannya mencakup hampir seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia saat ini.

Kemerosotan Majapahit pada abad ke-16, karena di pulau Jawa muncul Demak sebagai kerajaan maritim baru.  Pada jaman kejayaan kerajaan Islam Demak, di sepanjang pantai utara Jawa juga berjaya kota-kota pelabuhan antara lain Tuban, Panarukan, Gresik, Sedayu, Brondong, Juwana, Jepara, Demak, Semarang, Banten, Sunda yang sekaligus perlahan melunturkan kebudayaan dan kejayaan kerajaan Hindu-Budha. Majunya Sulawesi dengan pelaut Makasar dan Bugis pada abad 17 telah berlayar sampai ke Kedah, Kamboja, Ternate dan Sulu (Filipina) dalam pelayaran dan perdagangan dari berbagai suku bangsa yang ada di kawasan itu. Hal ini menyebabkan penurunan kekuasaan Majapahit dalam hal perdagangan. Kemundurankerajaan-kerajaan maritim di Nusantara di samping disebabkan oleh persaingan atau konflik intern. Hal ini dimanfaatkan oleh bangsa barat. Awal kejayaan kerajaan Majapahit tahun 1350-an,Tuban merupakan kota dan pelabuhan terbesar di Nusantara yang menjadi pelabuhan berkumpul para pedagang kaum borjuis kaya di Eropa abad 19yang dengan kekayaan dan para pengawalnya yang besar mempunyai pengaruh dalam bidang politik dalam kerajaan.

Faktor Politik dan Ekonomi

Dari perbandingan dua kerajaan maritim terbesar di nusantara pada waktu itu yaitu kerajaan sriwijaya dan majapahit yang bernah berjaya pada masanya dengan menjalankan visi maritim sebagai kerajaan yang mendominasi dan menguasai pusat – pusat perdagangan serta memperluas daerah kekuasaan sehingga disegani oleh kerajaan-kerajaan lain. Faktor ekonomi dan politik sangat mempengaruhi pertumbuhan kerajaan sriwijaya dan majapahit yang mampu bersaing dengan kerajaan lain dalam hal perdagangan serta dapat berdiplomasi dengan baik sehingga sempat menjadi pusat perdagangan. Pada saat ini Indonesia mempunyai visi besar mengembalikan kejayaan sebagai bangsa maritim dengan jargon “Poros Maritim Dunia” Sebelum menjadi poros maritim dunia, Indonesia harus lebih dulu menjadi sebuah negara maritim, dimana sektor kelautan menjadi sentral kehidupan ekonomi dan pusat produksi utama. Indonesia bukan negara maritim karena sebagian besar kehidupan masyarakat, khususnya di lima pulau terbesar (Sumetra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua), tidak terpengaruh secara langsung oleh proses yang terjadi di lautan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline