Lihat ke Halaman Asli

Reinhard Hutabarat

TERVERIFIKASI

Penikmat kata dan rasa...

Prabowo-Anies Auto Menang? Surya Paloh Meradang, Cak Imin Putar Balik

Diperbarui: 1 September 2023   07:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : https://asset.kompas.com/crops/GuSQ0bXCN5JQgaDKe2VXj4bMg4M=/0x0:800x400/750x500/data/photo/2018/02/11/2331582313.jpg

"Cikini ke Gondangdia

Kujadi begini gara-gara dia

Cikampek, Tasikmalaya

Hatiku capek bila kau tak setia...!"

Setelah nama Ganjar-Anies mengudar, kini nama Prabowo-Anies kembali disebut-sebut. Entah karena iseng atau apa, tapi jangan kaget juga kalau benar-benar terjadi. Sebab di negeri +62 ini, yang iseng bisa jadi serius dan yang serius ternyata cuma iseng bae. Yah mirip-mirip dengan kode buntut jadinya.

Bagi Anies sendiri jargon Prabowo-Anies bukanlah sebuah hil yang mustahal pula, sebab kondisi internal di dalam Koalisi Perubahan juga bak api dalam sekam. Demokrat ingin AHY menjadi Cawapres Anies, sedangkan Nasdem tidak setuju dan lebih memilih sosok lain dari luar partai. Akibatnya elektabilitas Anies pun tergerus.

Lagi pula dalam perhelatan Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu, Anies yang didukung Prabowo berhasil melenggang dengan mulus ke Balai Kota. Padahal saingan yang dihadapi adalah petahana dengan prestasi fenomenal. Namun kisah fenomenal itu seketika musnah akibat virus "si penista agama." Sayang waktu itu belum ditemukan vaksin penangkal plus boosternya. Akan kah kisah lama terulang kembali? Wallahu a'lam

Dalam pandangan penulis, lebih baik menjadi ikan sedang di Samodera Hindia daripada ikan besar di dalam baskom. 

Lebih baik menjadi Cawapres di koalisi Gemuk nan makmur dan sudah jelas capresnya, daripada Capres di koalisi hemat yang tak jelas wujud Cawapresnya!

Lha ini memang true strory bro and sis. Dulu itu, ketika koalisi saingan belum terbentuk, bahkan kala itu pun Ganjar masih menjadi Capres PSI (hiks) Anies sudah melakukan tour "Anies for president 2024" ke seantero Indonesia dengan private jet. Pokoknya keren deh waktu itu.

Lalu datanglah "Belanda yang mengganduli tentara NICA." Kasus proyek pengadaan BTS di Kemenkominfo pun meletup. Dan sejak itu tidak ada lagi cerita private jet dan akomodasi mewah.

Nah, tujuan dari berpolitik itu adalah untuk mewujudkan ideologi/pemikiran yang tentunya hanya bisa diwujudkan lewat kekuasaan. Lha, kalau tanpa kekuasaan maka hasilnya adalah bak narasi ODGJ di emperan toko. Narasi itu pun seketika terhenti setelah si pemilik toko kemudian menyiramkan segayung air.

Nah, cara paling mudah untuk mendapatkan kekuasaan tentu saja dengan mengganduli koalisi partai politik yang mempunyai probabilitas tertinggi untuk meraih suara rakyat.

Catat ya, "Suara rakyat" bukan "hati rakyat." Karena konon katanya rakyat +62 ini sudah mudeng. Ketika akan memasuki bilik TPS untuk mencoblos, akan terngiang suara berbisik, "Maju tak gentar membela yang bayar. Kuatkan hatimu karena hatimu memang untuknya, tapi surat suaramu adalah untuk yang bayar!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline