Opa Fergie bertanya kepada seorang bocah yang hendak memasuki stadion Old Trafford bersama si pelawak merah, "Apa klub favoritmu nak?"
"Liverpool Pak" Jawabnya sopan
"Lalu siapa pemain favoritmu?"
"Tak satu pun, karena mereka itu badut semuanya!"
Pelawak Merah, "Hahahaha"
Musim panas yang mendera Eropa ternyata turut juga mendera skuat tipis Liverpool. Namun bukan musim panas sekarang ini yang membuat lebih dari setengah skuat inti Liverpool ini tumbang karena hal ini sebenarnya sudah dimulai sejak musim dingin lalu!
Musim kompetisi lalu Liverpool berpacu dalam empat kompetisi. Piala Liga (Carabao Cup) Piala FA, Kompetisi Liga Inggris dan Liga Champion. Liverpool berhasil merebut dua gelar (Carabao dan Piala FA) dan runnerup (Liga Inggris dan Liga Champion) Tak ada klub besar lainnya mampu melakukan hal yang sama. Namun "tidak ada makan siang gratis!" Prestasi selalunya butuh pengorbanan, dan korbannya adalah pemain itu sendiri!
Apakah cedera pemain inti itu bisa dipakai menjadi alasan Liverpool kalah dari MU di Old Trafford?
Alasan ini tentu saja tidak tepat! Adalah fakta kalau Liverpool memang turun tanpa pemain-pemain terbaiknya. Namun statistik permainan masih menunjukkan dominasi Liverpool atas MU. Liverpool memiliki penguasaan bola hingga 71% sedangkan MU cuma 29% saja.
Liverpool melepaskan 17 tendangan (5 on target) dan MU melepaskan 12 tendangan (5 on target) "Kualitas permainan" Liverpool juga jelas terlihat ketika pemain-pemain Liverpool sepanjang pertandingan bisa melakukan 614 passing dengan akurasi umpan mencapai 83%.
Sementara pemain-pemain MU hanya melakukan 264 passing dengan akurasi umpan sebesar 66%. Artinya Liverpool unggul kuantitas dan kualitas, tapi strategi ten Hag yang berjalan mulus kemudian menjadi pembeda.
Lantas, apakah strategi ten Hag kali ini?
Seperti kita ketahui ten Hag adalah pelatih penganut mazhab attacking football alias sepak bola menyerang. Ajax adalah klub terbaik di Belanda karena didukung manajemen baik, modal kuat dan juga talenta-talenta terbaik di negeri Belanda.
Terbiasa bermain agresif, ten Hag tentu ingin menerapkan strategi yang sama pula bersama MU. Namun di dua laga EPL ia menemui kegagalan.