Lihat ke Halaman Asli

Reinhard Hutabarat

TERVERIFIKASI

Penikmat kata dan rasa...

Siti Zubaidah (Bagian 1)

Diperbarui: 11 Februari 2021   16:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://assets-a1.kompasiana.com/items/album/2019/03/24/contoh-gambar-kartun-berjilbab-5c9786a40b531c76753085f5.jpg

Cerita ini mungkin terlalu pendek untuk sebuah Novel dan terlalu panjang untuk sebuah Cerita pendek, tapi terasa pas untuk menjadi sebuah Cerita Bersambung saja...

Sungguh indah siburung perkutut

Terbang melayang ketanah rata

Hati teringat mulut menyebut

wajah dinda selalu terbayang di depan mata....

( Pantun Melayu...)

Sore itu Henry Sutanto duduk termenung seorang diri di kamarnya. Dia galau memikirkan suasana hatinya yang kacau tidak karuan. Saat ini Henry sedang jatuh cinta kepada seorang gadis manis bernama Siti Zubaidah, temannya ketika koskap dibagian Obgyn.

Seharusnya Henry senang, karena puan Siti itu suka jugalah agaknya kepadanya. Tetapi hal itu justru semakin menambah kegalauan hatinya. Hatinya merana karena dia masih berstatus pacaran dengan Clara, adik kelasnya di fakultas Kedokteran. Henry laksana memakan buah simalakama, dimakan mati ayah, tak dimakan mati emak...

Siti Zubaidah, seorang gadis Melayu berasal dari negeri jiran, Malaysia. Dia seorang mahasiswi fakultas kedokteran dari sebuah universitas swasta di Medan, dengan beasiswa ikatan dinas dari negaranya.

Walaupun mereka tidak satu universitas, tetapi mereka kerap bertemu, entah di kantin ataupun di IGD Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan, tempat mereka menjalani koskap. Kelembutan dan senyum manis Siti itu memang mampu menarik perhatian banyak jejaka, duda, pria berkeluarga, dan termasuk Henry sendiri.

Kini Henry bingung tidak tau bersikap bagaimana. Sejujurnya, dia merasa tak mampu untuk mengusir bayangan wajah Siti itu dari mimpi-mimpinya.

Setiap kali bertemu dan berbicara dengan Siti, hatinya selalu berdebar. Kalau debaran itu terlalu sering dibiarkan begitu saja, pastilah akan mempengaruhi kesehatan jasmani dan rohaninya pula.

Tapi bagaimana dengan Clara yang sudah dipacarinya selama dua tahun terakhir ini? Ah, ada perasaan bersalah yang membebaninya. Tapi dia harus jujur kepada dirinya sendiri.

Sekarang Henry sadar, dia sebenarnya tidak pernah mencintai Clara. Clara memang cinta pertama Henry, tetapi justru frasa kata cinta pertama itulah yang selama ini menipu perasaannya.

Kata orang-orang first love never dies. Hal itulah yang membuat Henry yakin bahwa dia sangat mencintai Clara, walaupun dengan cara yang sedikit berbeda.

Akan tetapi berdekatan dengan Siti, apalagi ketika mata mereka sedang beradu pandang, alamak, berjuta rasanya... Kini Henry mafhum, inilah yang disebut cinta. Bagi orang yang sedang jatuh cinta, mereka akan rawan "terjatuh dan terjatuh lagi" sekalipun mereka berbaring di dalam palung samudera yang terdalam sekalipun...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline