Kebenaran itu seperti air, ia pasti akan menemukan jalannya sendiri.
Dua hari kemarin ini udara Jakarta terasa terik, kontras sekali dengan kondisi dua bulan sebelumnya yang selalu hujan berkepanjangan sehingga menimbulkan banjir.
Sepanjang awal tahun ini saja, setidaknya enam kali banjir menyerbu warga yang tinggal di daerah rendah.
Celakanya, tidak ada seorang pun pawang hujan "ber-pelat B" berani memberi garansi untuk "menggeser" hujan tersebut, agar Jakarta terhindar dari banjir.
Kini warga sudah lelah berhadapan dengan banjir yang memporakporandakan kehidupan mereka itu.
Aneka perabotan, alat-alat elektronik bahkan kolor kering tersisapun nyaris tidak mereka miliki lagi. Semuanya habis direnggut oleh banjir sialan tadi.
Warga juga sudah bosan berteriak atau marah-marah kepada gubernurnya. Sebagai gantinya warga lebih memilih untuk berenang di ruang tamu rumah mereka yang kebanjiran sambil "ber-tiktok ria..."
Bila sebelumnya banjir datang pada "hari libur" agar tidak menyusahkan warga untuk bekerja, maka kini banjir pun sudah mulai merambah pada hari-hari kerja.
Tidak tertutup kemungkinan kalau banjir nantinya akan berlangsung juga pada hari raya Idul Fitri, maupun pada "Hari Patah Hati se-Indonesia" yakni ketika Chelsea Islan mengumumkan hari pernikahannya...
Banjir ternyata memberi dampak besar juga pada laju pertumbuhan penduduk. Akhir tahun ini hingga awal tahun depan diprediksi akan banyak bayi yang lahir lewat media banjir tersebut.
Walaupun bayi-bayi tersebut terlahir dari ras yang berbeda-beda, namun bisa dipastikan kalau warna kulit mereka akan sama, yaitu coklat seperti warna lumpur banjir!