Lihat ke Halaman Asli

Reinhard Hutabarat

TERVERIFIKASI

Penikmat kata dan rasa...

Tiga Hal Penting untuk Mengurangi Dampak Banjir Jakarta

Diperbarui: 6 Januari 2020   08:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banjir merendam kawasan Jalan Jatinegara Barat, Kampung Pulo, Jakarta - Antara/Nova Wahyudi

Kali ini penulis ingin membahas masalah banjir ini secara teknis saja dengan mengabaikan hal politis. Hal teknis itu bisa diukur dan bahasanya pun gampang dipahami, walaupun terkadang kurang santun...

Banjir yang melanda Jakarta pada pergantian tahun kemarin mungkin adalah salah satu banjir terbesar yang melanda Jakarta dan sekitarnya. Korban tewas pun hingga 30 orang. Turut berduka bagi keluarga yang ditinggalkan almarhum/almarhumah, dan juga bagi saudara/i yang terdampak musibah ini.

Padahal menurut BMKG curah hujan yang kemarin itu belum lagi mencapai puncaknya.

Sebenarnya banjir ini adalah masalah klasik yang selalu melanda Jakarta, namun anehnya kita semua seperti tidak berdaya untuk mengatasinya.

Jakarta dengan luas wilayah 661,5 km2 ditinggali sekitar 12 juta jiwa (9,6 juta jiwa pada 2010, versi PBB) jelas sangat tidak ideal untuk dihuni. Apalagi RTH (Ruang Terbuka Hijau) yang diklaim berkisar 8-10%, itu pun masih diragukan kebenarannya karena hanya berdasarkan asumsi saja.

Apalagi banyak RTH yang sudah berubah menjadi tempat UMKM dengan atap tertutup.

Idealnya RTH (termasuk hutan kota) bagi setiap kota itu berkisar 30% dari luas wilayah, yang berfungsi sebagai penyerap air dan juga paru-paru kota.

Jakarta sendiri adalah dataran rendah yang dialiri oleh tiga belas sungai yang membelah kota ini. Sebagian permukaan tanahnya bahkan lebih rendah dari permukaan air laut ketika terjadi pasang naik.

Sungai tersebut setiap harinya membawa ribuan ton sedimen beserta sampah dari daerah Jawa Barat. Ketika terjadi hujan lebat di daerah Jawa Barat, maka bencana banjir sudah menanti Jakarta!

Banjir itu bukan hanya membawa air saja, tetapi juga ribuan ton sampah! Ibarat "Orang Gunung" yang makan nangkanya, orang Jakarta yang terkena getahnya.

Satu hal penting lagi, permukaan tanah Jakarta turun beberapa cm setiap tahunnya. Penyebabnya karena warganya setiap hari menyedot jutaan liter air dari perut bumi Jakarta, namun tidak pernah mengembalikannya lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline