Akhirnya keberuntungan berpihak kepada Mourinho. Setelah diterpa "angin ribut" yang tiada henti dari pelabuhan Liverpool, Mou akhirnya bisa bernafas lega dengan muka tersipu malu. Angin ribut dari kampung The Beatles tersebut kemudian tidak kuasa melawan waktu. Peluit dari wasit kemudian memaksa angin ribut tersebut untuk pergi meninggalkan stadion Old Trafford Manchester. Manchester United 2, Angin ribut (Liverpool) 1...
Kali ini tidak ada rahasia dan no tipu-tipu! Semuanya transparan dan terbuka. Klopp datang mengusung gegenpressing. Lalu Mou menyambut dengan "Seni Mengontrol Laga (Tanpa Bola) Ala Mourinho," yang sering juga disebut oleh kaum sebelah dengan sebutan, "Parkir bus ala Mourinho..."
Pertandingan berjalan sesuai dengan prediksi khalayak ramai. Yang berbeda adalah, Liverpool datang dengan kostum nomor dua alias kostum tandang warna putih, tidak jadi memakai kostum "sakti" warna oranye. Kuat dugaan kalau kostum oranye ini masih tertahan di jemuran. Maklumlah anomali cuaca di Inggris dan Eropa umumnya membuat matahari sering ngumpet karena suhu udara sering turun dengan cepat...
***
Sebelumnya Mou diprediksi akan mengusung skema 4-3-3. de Gea menjadi kiper. Di belakang ada Young, Smalling, Bailly dan Valencia. Di tengah ada trio Pogba, Matic dan Tominay. Di depan ada trio Sanchez, Lukaku dan Lingard. Akan tetapi last minute, Mou melakukan perubahan, kembali ke skema favoritnya 4-2-3-1, yang sejatinya bermain dengan pola 4-5-1...
Di belakang tetap sama. Di tengah, duet gelandang bertahan Matic dan Tominay dibantu oleh trio Rashford, Mata dan Sanchez. Di depan Lukaku dibiarkan berkelana seorang diri. Dengan skema Mou ini, sudah jelas Lukaku akan terisolasi seorang diri di depan tanpa mendapat dukungan memadai dari para gelandang. Lukaku jelas paham akan situasi ini, sebab dia juga terbiasa melakukannya saat bermain di Everton.
Mourinho paham kalau Liverpool akan terus menyerang, dan Mou tidak akan mau meladeninya. Titik lemah Liverpool itu ada di belakang. Bek tengah Liverpool acap melakukan blunder. Lukaku mungkin bisa memanfaatkannya. Bek sayap kiri, terutama kanan itu masih "bau kencur" dan jelas bisa "dikadalin." Leroy Sane pernah melakukannya dengan menaklukkan Gomez dan Karius sekaligus, dalam drama kekalahan City pertama di stadion Anfield kala itu.
Mou memilih Rashford karena dia punya kecepatan dan power. Jadi Mou berharap kepada Rashford dan Sanchez untuk bisa mengeksploitasi sisi bek sayap Liverpool ini. Sebisa mungkin Mou menghindari duel lapangan tengah karena trio gelandang box to box Liverpool (Can, Milner dan Chamberlain) bermain sangat ngotot dan percuma saja meladeni mereka itu. Jadi dari belakang, MU berusaha langsung mngirim bola ke Rashford maupun Sanchez.
Tak banyak peluang yang didapat MU dalam pertandingan kemarin itu. Hanya ada dua shots pada babak pertama, dan keduanya on target, dan berbuah gol! Secara statistik, penguasaan bola MU hanya sebesar 32% saja. MU melakukan 5 shots, 2 on target yang menghasilkan 2 gol. Sebaliknya penguasaan bola Liverpool dua kali lipat dari MU alias 68%. Melepaskan 13 tembakan tetapi hanya 2 on target. Sebuah gol bunuh diri dari Bailly menunjukkan betapa hebatnya tekanan yang harus diderita lini pertahanan MU!
Mou tidak mau melakukan pressing ketat man to man marking karena rawan menimbulkan celah yang bisa dieksploitasi lawan, maupun menuai kartu dari wasit. Trio penyerang Liverpool itupun rajin bergerak dan melakukan rotasi sehingga sulit juga untuk dijaga secara perorangan. Jadi Mou memakai sistim zonal marking ala "rumah lapis" saja, bukan ala "rumah susun!"
Lapis kedua pertahanan diisi para bek yang tidak mau terpancing untuk meninggalkan "rumahnya." Lapis pertama diisi oleh trio Matic, Mata dan Tominay. Rashford dan Sanchez mempunyai tiga tugas maha berat. Pertama, melindungi Valencia dan Young. Kedua, menahan pergerakan Robertson dan Arnold. Ketiga, melakukan serangan balik cepat untuk dieksekusi langsung, maupun untuk diumpan kepada Lukaku.