Lihat ke Halaman Asli

Reinhard Hutabarat

TERVERIFIKASI

Penikmat kata dan rasa...

Djarot Calon Gubernur Sumut, Sebuah "Test The Water" PDIP

Diperbarui: 6 Januari 2018   18:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: Tribunnews.com

PDIP akhirnya menunjuk mantan gubernur DKI Jakarta, Djarot untuk maju menjadi calon gubernur Sumatera Utara 2018. Padahal tadinya banyak yang menyangka kalau Ara (Maruarar Sirait) yang bakalan maju menjadi calon gubernur Sumatera Utara dari PDIP.

Walaupun pemilihan Djarot ini cukup mengagetkan, tetapi cukup banyak juga warga Sumut yang antusias menyambut kedatangan Djarot ini. Maklumlah gubernur-gubernur Sumatera Utara sebelumnya sangat akrab dengan berbagai skandal dan kasus yang sangat memalukan. Jadi nama "para mantan" ini lebih populer sebagai bahan cibiran dan olok-olokan warga saja. Apalagi mereka ini juga sangat minim prestasi....

Pada Pilkada sebelumnya (tahun 2013) PDIP mengusung ES (Effendi Simbolon) yang berpasangan dengan JA (Jumiran Abdi) Namun mereka ini "keok" ditangan pasangan "Ganteng," Gatot Pujo Nugroho (yang kini meringkuk di hotel prodeo) dan Tengku Erry Nuradi.

Untuk basis massa PDIP, Pilkada 2013 bisa dipakai menjadi rujukan untuk Pilkada 2018. Sebelum Pilkada 2013, nama ES tidak begitu dikenal warga. Namun pasangan ESJA ini berhasil memenangkan 13 Dapil (Daerah Pemilihan) terutama di daerahNias (Gunung Sitoli, Nias, Nias Barat dan Nias Utara) dan juga dikawasan Batak (Sibolga, Taput, Humbahas, Simalungun, Tobasa, Samosir, Dairi, Karo dan Pematang Siantar)

Artinya bukan karena faktor ES adalah orang Batak makanya dia memenangkan 13 dapil tersebut, karena 3 paslon lainnya adalah orang Batak juga. Akan tetapi lebih karena 13 dapil tersebut memang merupakan basis PDIP! Artinya, siapapun calon PDIP (sepanjang tidak bermasalah) besar kemungkinannya akan menang di daerah basis PDIP ini!

Ada beberapa pertimbangan mengapa PDIP memilih Djarot. Mari kita simak analisanya dibawah ini,

Pertama, Popularitas nama Djarot.

Kalau ditanya warga di Sumut, nama siapakah lebih populer, Djarot atau ES? Bisa dipastikan nama Djarot yang merupakan mantan pasangan Ahok di DKI ini akan lebih populer daripada nama ES! Faktor Ahok memang turut juga menaikkan popularitas Djarot di Sumut! 

Jadi memang pemilihan Djarot ini sudah tepat. Ibarat wayang ditangan dalang, nama ES yang sudah kalah dalam "perang Baratayuda" sebelumnya, memang harus masuk kotak dan tak boleh keluar lagi!

Lalu bagaimana dengan nama Ara, bukankah dia Putra Daerah dan namanya relatif bersih? Nama Ara dan Djarot itu sama bagusnya di Sumut. Seperti diterangkan diatas, di basis PDIP itu faktor putra daerah tidak terlalu berpengaruh, karena faktor fanatisme partai lebih dominan. ES juga bukan putra daerah, cuma kebetulan saja ES ada marganya...

Sumut, terutama Medan sangat majemuk dengan masyarakat multi kultur. Sumut itu seperti "Indonesia kecil" yang masyarakatnya didominasi oleh suku Jawa, Batak, Melayu, Minang, Aceh, Sunda, Tionghoa dan India. Nama Ara jelas "menjual" untuk kalangan Batak, akan tetapi perolehan suara Ara itupun nantinya akan sebelas dua belas juga dengan perolehan suara ES kemarin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline