Lihat ke Halaman Asli

Reinhard Hutabarat

TERVERIFIKASI

Penikmat kata dan rasa...

Asep et Marie

Diperbarui: 18 Juni 2016   20:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto : m.solopos.com

Asep baru saja duduk di sebuah cafe ditepi rivière Sienne. Kota Paris terasa hangat pada ahir musim semi, membuat hatinya sejuk dan pipi tembemnya memerah akibat luapan hatinya itu.  "Bonjour Monsieur" (Selamat pagi pak), anda mau pesan apa? Tanya lembut pelayan wanita itu kepada Asep. Pelayan itu masih muda, cantik, sexy dan sangat ramah.

Asep seketika terpesona akan kecantikan wanita itu, “Kalau ditempat saya, ini cewe pasti sudah menjadi pemain sinetron atau penghias kalender!” bisiknya dalam hati. “Saya pesan latte, hmm..cemilan apa yang enak ya..?” cewe itu dengan sedikit membungkukkan badannya menunjukkan beberapa cemilan pada buku menu. Mata Asep tertuju pada “bungkukan badan dibalik kerah rendah” itu.

“Wow perfectionner...” kata Asep menahan nafas. Cewe itu lalu menuliskan pesanan Asep. “Attends une seconde Monsieur” (Tunggu sebentar ya pak..) kata pelayan itu sambil menebar senyum aduhaynya. “Astaga! Kata Asep sambil menelan ludahnya. Tak berapa lama cewe itu datang membawa pesanan Asep, latte dan singkong goreng! Rupanya manioc frit itu, ya fried cassava alias singkong goreng!

***

Ternyata cewe itu bernama Marie. Marie seorang mahasiswi yang bekerja part-time di cafe itu.  Marie blasteran Indo-Maroko-Prancis. Segera saja Asep berteman akrab dengan Marie. Sekalipun berdarah Indo, pengetahuan Marie tentang Indonesia sangat minim. Yang dia tahu hanyalah Kuta dan Bali.

Asep sangat menyukai Marie “luar-dalam” dan ia benar-benar jatuh cinta kepada Marie. Marie sangat menyukai cerita Asep tentang Indonesia. Biasanya kalau bercerita, Asep duduk disofa apartemennya, dan Marie rebahan dipaha Asep. Sambil menatap Asep bercerita, Marie membayangkan pipi kanan Asep adalah Sumatera, pipi kirinya adalah Papua. Mulut si Asep... seperti Karimun Jawa!

Bercerita dengan posisi “duduk-rebahan” itu sangat menyulitkan “konsentrasi” Asep dalam menuturkan ceritanya. Terkadang ketika dia bercerita tentang “Perang Imam Bonjol”, sekonyong-konyong, ceritanya bisa beralih ke “Perang Gajah Mada!” Biasanya mereka “cekikikan” dan ceritanya pun “jadi gantung” tidak selesai!

Untuk mengurangi “tekanan dongkrak batinnya” Ketika bercerita, Asep lebih suka menatap ke arah plafond apartemennya, tetapi Marie segera meraih kepala Asep. Marie ingin Asep bercerita sambil menatap kearahnya. Tetapi itu malah membuat mereka “cekikikan” lagi, dan ceritanya tidak tuntas! Tidak apa-apa, menurut Marie “Cer-gan” (Cerita Gantung) lebih menarik daripada sebuah novel!

***

Sudah setengah tahun cer-gan itu dituturkan, tapi belum selesai juga! Kini Asep termenung seorang diri. Waktu keberadaannya di Paris akan segera berahir, dan dia harus segera pulang ke Cimahi! Abah sudah tiga bulan sakit-sakitan. Pabrik syrup keluarga juga sudah terlantar karena tidak ada yang mampu mengurusinya.

Order syrup sekarang sepi. Orang-orang tidak mau minum syrup lagi, karena rasanya tidak semanis dulu lagi. Syrup itu akan manis kalau ditangani dengan “hati manis” plus “senyum manis”.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline