Lihat ke Halaman Asli

Krisis Pangan, Pendekatan Liberalisme dalam Hubungan Internasional

Diperbarui: 30 November 2024   13:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Krisis Pangan, Pendekatan Liberalisme dalam Hubungan Internasional

Krisis pangan, isu global yang menjadi perhatian banyak negara. Karna adanya perubahan iklim, konflik geopolitik, dan dampak pandemi yang akhir akhir ini terjadi dapat mempengaruhi situasi krisis pangan di beberapa negara. Beberapa negara masih menghadapi kekurangan pasokan, lonjakan harga, dan ancaman kelaparan. Saya menggunakan pendekatan liberalisme seperti perdagangan bebas, kerja sama multilateral, dan peran aktor non-negara untuk mencari upaya mengurangi isu ini. dengan mengurangi hambatan perdagangan antarnegara, negara-negara dapat saling melengkapi kebutuhan pangan mereka, yang bisa berdampak positif pada stabilitas pangan global. seperti yang dilakukan oleh negara-negara Eropa, memanfaatkan Uni Eropa sebagai platform perdagangan terbuka untuk mendistribusikan pangan secara merata.

Jepang, dengan keterbatasan lahan pertanian, mengandalkan impor pangan dari negara seperti Amerika Serikat dan Australia melalui perjanjian perdagangan bebas seperti Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP). Perjanjian tersebut memungkinkan Jepang mengakses pasokan pangan dengan tarif rendah, sehingga menjaga stabilitas harga domestik dan menghindari kelangkaan pangan. Berbeda pada negara penghasil pangan seperti Brazil dan India yang sering kesulitan untuk memilih antara memenuhi kebutuhan domestik atau mengeksport hasil pertanian mereka, yang sebenarnya bisa diatasi dengan dialog internasional bertujuan untuk menciptakan kesepakatan yang adil bagi kebutuhan pangan lokal dan global.

Kerja sama multilateral dalam mengatasi krisis pangan seperti organisasi Food and Agriculture Organization (FAO) dan World Food Programme (WFP) memberi banyak bantuan teknis dan kemanusiaan kepada negara-negara yang terdampak krisis pangan. Kasus yang berhasil mereka tangani yaitu pada saat kekeringan melanda Afrika Timur, WFP berhasil mengoordinasikan bantuan internasional yang menyelamatkan jutaan nyawa dengan mendistribusikan pangan darurat. Kerja samanya tidak hanya melibatkan negara-negara maju, tapi juga melibatkan aktor non-negara seperti organisasi non-pemerintah (NGO) dan perusahaan swasta. NGO perusahaan teknologi besar seperti Google dan Microsoft bekerja sama dengan FAO untuk mengembangkan sistem berbasis data yang bisa memprediksi ancaman kelaparan di daerah-daerah yang rawan. dan Organisasi seperti African Agricultural Technology Foundation (AATF) yang bergerak dalam memfasilitasi transfer teknologi dari negara maju ke Afrika, guna meningkatkan produktivitas pertanian di kawasan.

Pada tujuannya krisis pangan membutuhkan pendekatan yang lebih kolaboratif antara negara-negara di dunia. seperti membuka hambatan perdagangan, negara bisa saling melengkapi kebutuhan pangan dengan tujuan membantu menciptakan stabilitas pasokan pangan global. Negara-negara seperti Jepang yang mengandalkan impor pangan dari negara lain melalui perjanjian perdagangan bebas mewakili pentingnya kerja sama internasional untuk menghindari kelangkaan dan menjaga kestabilan harga. Kerja sama antara organisasi internasional, dan aktor non-negara seperti perusahaan teknologi juga terbukti membantu dalam mengatasi krisis pangan. WFP, misalnya, telah berkoordinasi dalam situasi darurat seperti di Afrika Timur, dengan bantuan pangan. juga transfer teknologi yang difasilitasi oleh organisasi seperti AATF membantu negara berkembang meningkatkan produktivitas pertanian mereka.

Referensi

Food and Agriculture Organization (FAO). "The State of Food Security and Nutrition in the World." 2023.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline