Lihat ke Halaman Asli

Ulfa Choirunnisa

choirunnas, anfauhum linnas

Rebutan Masker

Diperbarui: 6 Maret 2020   11:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hebohnya Wabah virus corona membuat rakyat  resah. Maskerpun dijadikan jawaban atas kepanikan masyarakat untuk menghindari penyebaran virus tersebut. Tak ayal, masker kini menjadi barang mewah yang diincar banyak orang. Pasca mewabahnya virus corona masuk ke Indonesia, masker mendadak habis di semua pusat perbelanjaan, apotik, bahkan hingga toko-toko kecil sekalipun. Semua orang mencari masker. Setiap harinya, orang-orang berbondong-bondong mendatangi apotik, toko, mini market, tapi yang dicari tak kunjung didapati. Beberapa diantaranya bahkan sudah memajang tulisan "MASKER KOSONG" pada etalase toko mereka .Dimana masker? Kemana masker?

Kenapa begitu langka sedangkan yang dianggap sudah terpapar virus bahkan baru hitungan jari disini. Bukankah masker lebih utama diperuntukan bagi yang sakit? Kenapa yang sehat dan belum ada gejala sakit sedikitpun yang justru ikut-ikutan?

Kelangkaan masker membuat harga masker dengan sisa stok yang tersedia melambung tinggi. Jauh melebihi harga pasaran. Hal itu disebabkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab dalam memanfaatkan situasi saat ini. Masker diborong lalu ditimbun untuk dijual lagi dengan harga fantastis. Bagi mereka yang mampu, tak perlu berpikir panjang untuk mengeluarkan isi dompet membeli masker yang dianggap mampu melindungi diri dari penyakit. Lain halnya dengan rakyat kecil yang hanya bisa bengong dengan tatapan kosong. Ingin melindungi keluarga dan orang sekitar agar tak tertular virus dari penyakitnya, hanya bisa merasa bersalah saat batuk-batuknya cuma bisa ditutupi dengan tangan kosong.

Kejadian ini membuat komedian Aming berkomentar. Kurang-lebih begini isinya, "Pada akhirnya bukan corona yang membunuh kita, tapi saudara sendiri. Yang punya duitlah! Berbondong-bondong ngeborong ampe stok kosong! Sobat miskin cuma bengong dimatiin sodara sendiri dalam keadaan kelaparan. Siapa lebih jahat, corona apa manusia?"

Sepertinya, persepsi masyarakat mengenai masker untuk melindungi diri ada baiknya perlu mendapat perhatian lebih dari ahli medis. Sosialisasi dari para ahli yang kompeten di bidang kesehatan mungkin perlu lebih ditingkatkan lagi bahwa masker diprioritaskan bagi yang sakit, bukan yang sehat.

Ahli medis menuturkan, bahwa masker seharusnya dipakai oleh orang-orang yang memiliki infeksi seperti batuk, bersin atau demam dan pekerja medis yang melakukan kontak jarak dekat dengan pasien yang terinfeksi. Jika orang sehat memakai masker sedangkan yang sakit justru tidak kebagian masker, bagaimana virus akan berhenti tersebar? Lagipula tidak ada bukti empiris yang menjelaskan bahwa orang sehat yang memakai masker bisa efektif melindungi masyarakat dari penyakit (Angel dalam portal Jurnal American Medical Association (JAMA) Network ).

Menggunakan masker saja tidak menjamin bisa menghentikan penularan virus. Penggunaan masker harus dikombinasikan dengan tindakan pencegahan lainnya. pencegahan yang direkomendasikan WHO adalah menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan selama 20 detik menggunakan cairan atau sabun pembersih, menjaga kebersihan diri dan menghindari kontak dekat setidaknya jarak 1 meter (3 kaki) antara Anda dan orang lain terutama yang sedang terinfeksi batuk, bersin atau demam.

Jadi, jika kalian baik-baik saja dan dalam keadaan sehat wal afiat, jangan khawatir karena belum punya masker. Jika kalian sudah punya masker dan tidak ada gejala sakit, hentikan membelinya lagi. Jika bisa, berikan kepada orang yang lebih membutuhkan. Jangan biarkan Mafia Masker merajalela di bumi pertiwi, jangan biarkan masker membunuh rasa dan mengesampingkan nalar kita.

Please, Control Your Panic and Stop Buying Mask!!!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline