Lihat ke Halaman Asli

choirunisah

Mahasiswa

Dakwah Sebagai Ilmu yang Bersifat Empiris

Diperbarui: 22 April 2024   19:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh : Syamsul Yakin (Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) & Choirunisah (Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta FDIKOM BPI 2C)

Dakwah dapat dikatakan suatu ilmu apabila bersifat empiris. Artinya dihasilkan melalui proses-proses penelitian, baik penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan. Dakwah juga dianggap suatu ilmu apabila diperoleh melalui observasi, baik secara individu maupun kelompok, dan percobaan-percobaan yang berulang-ulang. , sehingga menghasilkan suatu konsep dan teori. Selain itu, ilmu dakwah harus sistematis atau terorganisir dengan metode berpikir ilmiah yang objektif, sehingga mudah dipelajari oleh siapa pun. Oleh karena itu, ilmu dakwah harus sistematis dan menggunakan metode yang permanen .

Terlebih lagi inti dan cabang dakwah harus dapat dijelaskan secara akurat sehingga hubungan inti dan cabang dakwah dapat dipahami sehingga menghasilkan pemahaman yang komprehensif. Inilah yang dimaksud dengan dakwah bersifat analitis. Dakwah juga harus objektif. Artinya tidak bias dan harus bebas dari pendapat pribadi. Dakwah dianggap ilmu bila didasarkan pada fakta, bukan fiksi atau emosi. Lebih jauh lagi, dalam konteks ini, tujuan mengacu pada tidak dipengaruhi oleh perspektif internal. Dakwah juga harus dapat diverifikasi atau dapat dibuktikan. Artinya konsep dan teori yang dibangun didukung oleh fakta. Dengan kata lain ilmu dakwah dapat diuji berdasarkan fakta dan data.

Dakwah juga dapat dikatakan sebagai ilmu apabila dapat didekati secara kritis. Artinya ilmu dakwah dihasilkan melalui proses mendalam yang melibatkan analisis dan evaluasi. Berpikir kritis merupakan cara berpikir ilmiah untuk menyikapi ilmu dakwah. Selanjutnya ilmu dakwah harus memenuhi kaidah ilmu keilmuan. Artinya ilmu dakwah disusun secara sistematis, obyektif, rasional, dan empiris sebagai suatu disiplin ilmu. Terakhir, ilmu dakwah harus logis. Artinya ilmu dakwah harus sejalan dengan logika, benar prinsipnya, dan sesuai dengan akal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline