Lihat ke Halaman Asli

Citra

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketika tahu ada produser film yang akan mendatangkan artis porno dari Jepang, saya menulis di status facebook saya : "Masih ada saja yang otaknya ngeres dengan uang haram. Sudah banyak bencana gini, tak pandai mengambil hikmahnya. Malah mengundang artis porno (saya berat menulis namanya) ke negeri ini. Sebaiknya dibatalkan! Apakah kita tidak cukup ngeri dengan bencana di Sumbar?" Ada beberapa komentar yang masuk. Diantaranya ada yang menggelitik: bahwa dia datang ke Indonesia bukan untuk membuat film porno, jadi gak perlu dipersoalkan. Begitulah intinya. Apakah sesederhana itu? Manusia itu makhluk hidup yang tak lepas dari apa yang dikerjakannya. Bukan hanya sekedar makhluk hidup, tapi bahkan dia makhluk hidup berakal. Diberi kebebasan memilih mau jadi apa. Lalu dia adalah apa yang dia pilih itu. Kalau si fulan jadi artis, lalu terkenal, kemana-mana perhatian orang tertuju padanya . Ini karena keartisannya. Bukan karena kemanusiannya. Kalau saya, sebagai guru kemana-mana, gak bakalan ada yang memperhatikan saya kecuali beberapa gelintir murid saya yang masih ingat saya. Bukan karena kemanusiaan saya tapi karena saya pernah jadi guru mereka. Karena profesi saya. Saya dan Anda semua pasti cuek saja kalau tiba-tiba SBY nongol di pasar kaget, kalau saja dia bukan seorang presiden. Sebaliknya Anda akan memusatkan perhatian ke saya ketika saya tiba-tiba nongol di sebuah keramaian, jika saja saya sudah jadi presiden. (ngarep….! Amiiinnn….) Jadi manusia tak bisa dilepaskan dari nilai yang dia bawa. Jadi kalau ada yang berfikir: artis porno boleh saja diundang masuk ke Indonesia, karena dia toh di sini nanti tidak membuat film porno. Ini adalah logika yang tidak masuk di kepala saya. Karena manusia selalu membawa predikat-predikat dominan tertentu yang dia miliki. Jika logika bahwa manusia itu bebas-nilai diterapkan dengan fair maka mari kita renungkan hal ini: Bagaimana jika takmir masjid Istiqlal mengundang Usama Bin Ladin untuk mengisi khotbah Jum’at? Pasti banyak yang menolak. Meskipun yang mengundang adalah tokoh-tokoh agama Islam di Indonesia. Dan mereka memberikan personal guarantee, bahwa Usama Bin Ladin cuma mau khutbah Jum’at, thok. Kenapa? Karena Usama Bin Ladin tidak pernah bisa dilepaskan dengan apa yang telah dicitrakan kepada dirinya yaitu fundamentalis. Kalau Usamah bin Ladin tak bisa dilepaskan dengan citra fundamentalisnya, kenapa si artis porno tiba-tiba mau dilepaskan dari citra pornonya? Cikarang, Oktober 2009 *bersyukur akhirnya kedatangan si artis dibatalkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline