Rintik pertama mengetuk jendela,
seperti pesan dari langit yang ingin bercerita,
tentang Januari yang datang membawa harapan,
diiringi aroma tanah basah yang menenangkan.
Butir-butir air menari di atas daun,
melukis simfoni pada hamparan sunyi,
seolah bumi berbisik pelan,
"Tenanglah, ini awal yang baru lagi."
Hujan Januari bukan sekadar tetes,
ia adalah cermin dari perjalanan kita,
jatuh, mengalir, lalu menghapus jejak,
menyisakan segar di hati yang lelah.
Ada dingin yang memeluk mesra,
mengingatkan kita untuk lebih mendekap hangat,
pada diri, pada mimpi, pada cinta,
yang mungkin selama ini kita abaikan.
Di bawah awan yang kelabu ini,
tercipta harapan dari setiap tetes yang jatuh,
membasuh luka yang pernah ada,
menyuburkan doa untuk masa depan yang cerah.
Hujan Januari,
bukan hanya air yang turun dari langit,
tapi juga bisik semesta tentang kehidupan,
yang terus berputar, seperti hujan yang tak pernah berhenti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H