Lihat ke Halaman Asli

Choiron

TERVERIFIKASI

Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Bincang Santai dengan Polisi Mantan Ajudan Pak SBY

Diperbarui: 25 Mei 2016   14:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

AKBP Aris Haryanto, S.Ik., M.Hum. (Dok.Pri)

Beruntung, setiap kali kegiatan dengan orang-orang dari instansi lain, saya selalu bertemu dengan orang-orang hebat, yang mau berbagi cerita pengalaman dan pengetahuannya. Saya percaya, rezeki itu bukan hanya harta, tetapi ilmu dan cerita inspiratif juga, merupakan rezeki yang harus disyukuri, seperti pertemuan saya dengan orang-orang hebat lainnya.

Kali ini saya mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai dan belajar dari seorang perwira polisi. Beliau adalah Bapak AKBP Aris Haryanto, S.Ik.,M.Hum -- Kabag Dalpres Biro SDM Polda Jatim. Sebenarnya saya sudah sering bertemu dia acara-acara Polda. Namun, baru kali ini punya kesempatan untuk berbincang secara khusus.

Perwira yang hobby memperdalam bahasa Inggris ini merupakan lulusan Akademi Kepolisian (AKPOL)  tahun 1995. Tidak mudah bagi beliau untuk mencapai posisi saat ini. Berbagai penugasan dan pendidikan harus dilalui, agar bisa menapaki karier di kepolisian. Hampir seluruh Indonesia pernah menjadi tempatnya bertugas, termasuk 3 daerah konflik seperti Timor-Timur (sekarang Timor Leste), Aceh, Maluku dan Papua.

Banyak penugasan yang telah dijalani Pak Aris, seperti di Gegana-Brimob, Lantas, Wakapolres, hingga Kapolres Malang. Namun ternyata,  beliau juga pernah menjadi ajudan Pak SBY saat menjabat sebagai Menkopolsoskam di Era Presiden Megawati. Dari pengalaman itulah, banyak cerita menarik yang disampaikan dan pantas untuk dibagikan di sini.

Kerusuhan Mei 1998

Tahun 1998, Pak Aris bertugas di Brimob Kelapa Dua Jakarta sebagai polisi khusus (Gegana). Reformasi pecah dimulai dari adanya demonstrasi mahasiswa di Medan pada awal bulan Mei dan meluas menjadi kerusuhan dengan penjarahan toko-toko di Medan. Akhirnya Pak Aris dan teman-temannya dikirim ke Medan untuk diperbantukan (BKO) untuk mengatasi kerusuhan di sana. Pertengahan Mei, kerusuhan meluas  hingga ke Jakarta dan kota-kota lain. Jadilah beliau menetap di Medan hingga 3 bulan, karena belum boleh meninggalkan Medan dan pulang ke Jakarta. 

Penugasan Timor-Timur

Setelah Bapak Soeharto lengser keprabon dari jabatannya sebagai presiden dan digantikan oleh Bapak BJ Habibie, muncul memberikan hak referendum kepada masyarakat Timor Timur yang disusul lepasnya provinsi tersebut menjadi negara terpisah dari Indonesia. Pasca referendum, Pak Aris ditugaskan ke Timor Timur untuk menjaga dan mengevakuasi masyarakat Indonesia yang harus keluar dari Timor Timur.

Beliau bercerita, kalau perang di Timor Timur lebih mudah dibandingkan dengan di Aceh, karena di Timor Timur, Falintil atau pasukan separatis yang dihadapi jelas posisinya, yaitu di perbatasan gunung. Berbeda dengan di Aceh, yang dihadapi adalah pasukan GAM (Gerakan Aceh Merdeka) yang berbaur dengan masyarakat, sehingga keluar dari pintu rumah saja, tidak tahu siapa yang akan ditemui di luar rumah.

Menurut beliau, saat keputusan melepaskan Timor Timur, ada perasaan sedih dan kehilangan atas apa yang diperjuangkan. Perasaan yang lahir dari jiwa nasionalisme untuk mempertahankan kedaulatan Indonesia.

Ajudan Pak SBY

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline