Mohon maaf jika saat membaca tulisan ini dan ternyata Anda tidak menemukan apapun yang Anda butuhkan bagi lapar dan dahaga mata Anda. Puasa ini membuat saya seperti berada dalam lubang hitam (blackhole) Stephen Hawking yang menghilangkan semua kemampuan saya untuk berfikir bahkan menyatakan eksistensi diri. Saya merasa diri ini seperti tiada, lebih dari kata kosong yang memang sebelumnya tidak pernah ada isinya. Ketiadaan diri kalau boleh dibilang hampa membuat saya susah mencerna rangkaian kata dan akrobat kalimat orang lain, bahkan susunan huruf yang saya sebutkan sekarang ini sekalipun susah saya mengerti. Aneh, padahal sebelumnya saya merasa 'sedikit' ada isinya. Mungkin ini yang disebut sebagai 'Rumongso Iso, tapi ora iso rumongso' (jawa: merasa bisa tapi tidak bisa merasa). Semua susunan huruf dalam kata dan kalimat saya sepertinya telah terkena virus brontok yang muncul di tahun 2005. Walau tidak sampai merusak hardware, tetapi sedikit banyak mengosongkan makna dan esensi diri. Efeknya lebih dari 1000x xtc yang membuat saya fly tetapi tetap bersemangat. [caption id="" align="alignnone" width="653" caption="Diambil dari kenfairmans.blogspot.com"][/caption] Uh... saya menggeliat lagi dengan meregangkan semua otot dan tulang dalam tubuh, rasanya nikmat senikmat-nikmatnya. Ternyata nikmat itu tidak hanya saat saya merasa sedikit 'berisi', namun dalam kondisi hampa sekalipun masih merasakannya. Ah rasanya menjadi tidak penting lagi apakah isi atau kosong sekalipun. Semua menjadi tidak penting. Tolong dicatat, semua menjadi tidak penting dan benar-benar tidak penting. Mungkin saat ini Tuhan,maaf saya sengaja melibatkan Tuhan dalam kasus ini sebagai pernyataan ketidakberdayaan saya pada diri sendiri, apalagi pada orang lain dan apapun diluar diri saya sendiri. Saya ulangi lagi, maaf mungkin saat ini Tuhan sedang menuliskan di salahsatu lembaran halaman putih mulus di dalam buku saya, dengan tulisan
"Halaman Ini Sengaja Dikosongkan"
Ini kehendak Tuhan untuk mengosongkan salah satu buku tentang saya di Lauhmahfudz. Saya yakin ini pasti bukan pilihan bebas yang harus saya pertanggungjawabkan dihadapanNya. Bukan pilihan bebas saya yang menentukan apakah saya akan masuk surga atau neraka. Jadi, mohon maaf jika Anda tidak menemukan esensi apapun dari tulisan ini, karena yang Anda baca dari pikiran saya saat ini seperti ketika Anda membaca buku dan sampai pada sebuah halaman kosong yang bertuliskan 'halaman ini sengaja dikosongkan'. Atau ini memang bukan sekedar omong kosong?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H