Mungkin anda bertanya apa hubungannya antara Briptu Norman Kamaru anggota Brimob dari Gorontalo yang sekarang menjadi selebritis dadakan, dengan R.A. Kartini. Memang keduanya tidak ada hubungan apa-apa selain keduanya sama-sama manusia. Keduanya hidup pada jaman yang berbeda. RA Kartini sudah wafat cukup lama, sedangkan Briptu Norman masih segar bugar dalam menjalani road show dari satu stasiun televisi ke stasiun televisi lainnya. Namun selalu ada benang merah diantara kisah keduanya. Kita tahun bahwa RA Kartini yang lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 dan meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904, adalah pahlawan yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai simbol emansipasi wanita. Gelar pahlawan ini diberikan karena perjuangan RA Kartini semasa hidup dalam meningkatkan taraf pendidikan kaumnya walau dalam skala kecil di lingkungannya. Namun pemikiran-pemikiran RA. Kartini dalam suar-suratnyalah yang membuatnya menjadi besar. Sedangkan Briptu Norman hanyalah polisi dengan pangkat rendah namun menjadi Pahlawan di lingkungan Polri berkat video lipsing dan joget ala Bollywood yang saat ini terkenal seantero Nusantara. Polri pantas berterimakasih kepada Briptu Norman atas peran sertanya mengembalikan kecintaan masyarakat kepada Polri sebagai aparatur negara yang humanis dan dekat dengan rakyat. Selain itu, baru kali ini dalam sejarah Polri seorang anggotanya yang hanya berpangkat Briptu, tetapi diperlakukan seperti jenderal bintang empat yang di kawal kemana-mana oleh polisi dengan pangkat yang jauh lebih tinggi. Seolah-olah Briptu Norman jauh lebih berharga dari pangkat yang sebenarnya, bahkan lebih penting dari Komjen Susno Djuaji yang saat ini sedang terpuruk. Begitulah roda kehidupan yang bisa menjungkirbalikkan nasib dan derajat seseorang dalam hitungan waktu. Benang merah yang saya maksud pada kisah RA. Kartini dan Briptu Norman adalah sebagai berikut:
- RA. Kartini dan Briptu Norman sama-sama tidak pernah menyangka bahwa apa yang mereka kerjakan menghantarkannya menjadi orang yang terkenal. Keduanya menjalani hidup sesuai dengan apa yang mereka ingin lakukan.
- Pemikiran RA. Kartini dan Karya Briptu Norman sama-sama dikenal oleh masyarakat luas bukan karena dirinya sendiri sengaja menyebarkannya, namun karena sama-sama ada "malaikat penolong" yang turut andil dalam menjadikan keduanya orang terkenal. Surat-surat keluh kesah dan pemikiran Kartini muda kepada Estelle "Stella" Zeehandelaar akibat kungkungan adat pada wanita Jawa saat itu kemudian dibukukan dalam bahasa Belanda yang kemudian pada tahun 1922 diterjemahkan oleh Armin Pane dan diterbitkan oleh Balai Pustaka dengan judu "Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran". Tanpa orang-orang yang menyebarkan pemikiran dalam suratnya, maka Kartini hanyalah seorang wanita Jawa yang mati muda karena melahirkan. Senada dengan Briptu Norman yang merekam video lipsing dan joget Bollywoodnya dengan kamera video handphonenya sendiri, pada awal mulanya hanya diputar oleh teman dan masyarakat sekitarnya, namun saat setelah seorang mahasiswa bernama Rienal Revaldi alias Ival Marley mengunggah (upload) ke Youtube, maka Briptu Norman langsung menjadi selebritis baru dari kalangan polisi senasib dengan Sinta dan Jojo dan Justin Bieber yang terkenal lebih dahulu karena Youtube.
Memang nasib orang siapa tahu. Jika Tuhan hendak menaikkan derajat dan meluaskan rejeki seseorang, maka tidak ada satupun manusia yang bisa mencegahnya. Sebaliknya jika Tuhan hendak menghinakan seseorang, maka tidak satupun manusia bisa mengangkatnya. Belajar dari Briptu Norman dan RA. Kartini, hidup dan berkarya dengan baik dan ikhlas. Jalani kehidupan ini sebaik-baiknya semampu yang bisa kita lakukan, perkara hasil semua terserah Tuhan bagaimana karya kita bisa mempengaruhi dunia. Chaiya-chaiya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H