Pagi ini saya membaca dua berita yang bertolak belakang. Berita pertama tentang Dodit Mulyanto-- seorang comic yang terkenal dengan wajahnya yang datar dan biolanya pada ajang StandUp Comedy. Diberitakan, Dodit harus masuk rumah sakit karena serangan jantung koroner. Penyebab utamanya karena terlalu banyak cafein dan nikotin alias merokok. (Baca: Kena Serangan JantungKoroner Dodit Merasa seperti Sakaratul Maut)
Sedangkan berita kedua tetang Pak Sukamto, justru kebalikan dari kisah Dodit. Pak Sukamto berhasil menabung untuk biaya naik haji dari uang rokoknya. Tahun 2003, beliau berhenti merokok dan uang rokoknya ditabung untuk biaya ibadah haji. Telah terkumpul Rp.30 juta setelah lebih dari 12 tahun berhenti merokok.
Tanpa disadari, sebagian di antara kita berperilaku sama dengan Dodit Mulyanto yang menabung penyakit dengan mengkonsumsi cafein dan nikotin berlebihan. Beruntung nyawa Dodit masih bisa tertolong walau katanya sempat merasakan seperti sakratul maut. Sedangkan Pak Sukamto, tekadnya untuk berhaji mendorong beliau untuk mengalihkan tabungan penyakit menjadi tabungan rupiah yang membuatnya bahagia untuk bisa memenuhi niatnya mendaftar haji.
Apa yang dialami Dodit, dialami juga oleh beberapa orang di kantor yang saya kenal. Beberapa orang tersebut sering kali minum-minuman keras saat baru dapat rejeki lebih. Bahkan terkadang meningkat juga ke penggunaan ekstasi dan jenis narkoba lainnya. Bertahun-tahun majlis minuman keras tersebut berlangsung, hingga akhirnya satu per satu mulai terkena penyakit liver dan gagal ginjal. Mereka yang paling parah menabung penyakitnya akhirnya meninggal dunia disusul oleh yang lainnya. Beberapa lagi lainnya yang masih hidup, cukup menderita karena seringkali sakit. Penyakit yang sama, yaitu kerusakan liver akibat mengkonsumsi minuman keras dan melemahnya ginjal akibat narkoba. Sebagian mulai mengubah gaya hidup dan kebiasaan, walau terlambat tetapi masih bisa bertahan hingga saat ini. Sebagian yang lainnya lagi, saat ini sedang terbaring lemah dengan perut yang membesar dan warna kulit berubah lebih gelap.
Sudah cukup banyak peringatan dan bukti untuk kita semua, agar kita harus hati-hati untuk tidak menabung penyakit, baik disengaja maupun tidak disengaja. Sengaja, karena sudah tahu apa yang kita makan dan minum itu merupakan sumber penyakit, tetapi masih juga dikonsumsi. Bisa juga tidak disengaja, karena tidak mengetahui akibat dari mengkonsumsinya. Sebagai contoh, sebagian orang mengkonsumsi suplement Vitamin C untuk menjaga kesehatan dan alasan kecantikan. Kebutuhan vitamin C orang dewasa menurut RDA Amerika, antara 70-90 mg per hari. Masalahnya, Vitamin C yang dikonsumsi melebihi daya serap dan kebutuhan tubuh, akan dibuang melalui ginjal dan ternyata bisa menjadi penyebab terbentuknya batu ginjal. Waspadalah bila Anda termasuk orang yang suka mengkonsumsi minuman suplement vitamin C. Jangan sampai Anda menabung penyakit batu ginjal dan memanennya suatu saat nanti.
Contoh lain adalah, tahukan Anda bila terlalu banyak makan jengkol juga bisa menyebabkan kerusakan ginjal? Jengkol memang bukan hanya membuat bau menjadi tidak sedap, tetap konsumsi jengkol yang mengandung asam jengkolat atau jengcolid acid, dapat menyebabkan terbentuknya batu ginjal dan batu saluran kemih. Untungnya, asam jengkolat ini dapat dinetralkan dengan minuman bersoda atau yang mengandung bikarbonat.
Menabung penyakit, tidak hanya sebatas pada konsumsi cafein, nikotin dan asupan lainnya yang jelas-jelas berbahaya. Perhatikan juga konsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula, kolesterol dan penyebab munculnya asam urat. Ingat! Diri Anda adalah apa yang Anda makan. Walaupun biaya kesehatan sudah bisa terjangkau dan terlayani dengan BPJS, tetap sehat itu lebih membahagiakan daripada sakit. Mencegah lebih baik daripada mengobati.
Bahan bacaan
- http://health.liputan6.com/read/2072561/berapa-banyak-vitamin-c-mesti-dikonsumsi-dalam-sehari
- http://www.news-medical.net/health/Vitamin-C-Daily-Requirements-(Indonesian).aspx
- http://health.kompas.com/read/2012/03/06/15020849/Kelebihan.Jengkol.Berisiko.Batu.Ginjal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H