Lihat ke Halaman Asli

Perjalanan Lustrum

Diperbarui: 28 Januari 2024   19:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kebisingan kelas terdengar hingga ruang guru, segala saran dan pendapat keluar dari mulut anak-anak. Hari dimana kelas 10 mendapat proyek untuk kedua kalinya. Belum lama kelas 10 selesai gelar karya pertama, kemudian langsung di datangi gelar karya kedua yaitu pentas seni. Begitulah kurikulum merdeka yang dijalani anak-anak. Hari demi hari terasa lebih berat karena dibebani proyek P5.

"Anak-anak berikut saya sampaikan proyek kegiatan P5 selanjutnya adalah pentas seni yang akan ditampilkan pada saat lustrum SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang ke 7. Dengan begitu kalian diminta membuat kepanitiaan satu kelas" ujar Pak Didik dengan lantang dan jelas. Anak-anak yang mendengar perkataan tersebut hanya bisa menarik napas dan menerima dengan perasaan tidak mengenakkan.

Berbagai pertanyaan muncul seketika. Banyak yang ingin mengajukan dirinya sebagai panitia. 2 jam pelajaran digunakan anak-anak untuk menentukan panitia. Selang beberapa waktu, anak-anak mulai meluapkan idenya untuk pentas seni yang akan ditampilkan. Divisi sutradara membuat jalan cerita yang nantinya akan dipresentasikan di depan kelas.

Latihan pun tiba, di tengah latihan "Guys, saya minta tolong dong proyek ini dibuat short film supaya kegiatan kalian bisa dilihat banyak orang, saya harap kalian semua ikut berpartisipasi membuat short film ini ya" ujar Bu Rani.

"waduh, boleh juga tuh bu.. siap bu laksanakan" jawab Malla dengan penuh semangat dan percaya dirinya.

Hampir seluruh anak-anak semangat menjalani perintah itu, namun sayangnya beberapa ada aja yang tidak senang membuat proyek iklan tersebut. Mereka senang tapi juga merasa terbebani karena harus latihan juga, di tengah-tengah latihan anak-anak harus membuat video iklan. Terbayang lelahnya anak-anak.

Saat latihan, anak-anak sudah mulai lelah dan pada kembali ke kelas. Pendhapa sudah mulai sepi karena anak-anak sudah bosan dan lelah. Saat dikelas ketua panitia berkata "guys ini kita short film mau dibuat gimana ya". Anak-anak pun terdiam dan tidak ada satupun yang menjawab pertanyaan itu. Suasana kelas sepi seperti tidak ada orang di dalamnya.

"Jadi mau gimana guys iklannya?" ujar ketua panitia kedua kalinya.

jawab Mertha "gimana kalau short film kita dibuat seperti horror gitu? jadi nanti di video itu menceritakan orang yang banyak pikiran karena terbebani dengan proyek P5 itu. Di dalam video itu ada anak yang pingsan lalu di dalam pikirannya selama pingsan anak itu melihat banyaknya masalah yang akan terjadi kedepannya". Anak-anak di kelas yang mendengar hal itu menganggukkan kepala dan bertanyalah Mertha kepada teman-teman "gimana? ada ide lain tidak? apakah setuju?".

"Boleh tuh, aku setuju.. bagus juga untuk menarik perhatian orang yang menonton. Yang lain gimana?" jawab Kezi. Teman-teman di kelasnya sudah lemas tak berdaya seperti kertas yang terkena air, sudah tidak ada tenaga untuk duduk tegak menganggukkan kepala.

Akhirnya satu kelas setuju. Tahap selanjutnya adalah memilih pemeran utama dan membuat jalan cerita untuk video itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline