Lihat ke Halaman Asli

Lucunya Bangsa Saya

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sedih melihat bangsa saya. Bukan kemarahan lagi yang ada. Masa-masa itu sudah lewat. Sudah lebih dari dua tahun yang lalu sejak terakhir kali saya marah sama bangsa saya sendiri. Sekarang saya malah sedih. Terlalu banyak keanehan dan kelucuan yang bikin air mata ini jatuh setetes demi setetes. Ironi memang, humor yang ternyata membawa tangis. Bukan. Saya bukan sedang berbicara tentang (Bukan)-Empat Mata atau Opera Van Java. Saya berbicara tentang pelawak-pelawak yang sedang berdiri di kursi-kursi tertinggi negara kita. Saya berbicara tentang penonton-penonton yang terkadang juga melucu dari kursi panas mereka masing-masing. Saya juga berbicara tentang para pekerja di balik layar yang ternyata sama-sama menggemaskannya. Penutupan beberapa Gereja, penurunan patung Budha, cerita tentang seorang bapak yang tidak mau turun dari tempat duduknya, juga seorang bapak yang ternyata berpikir lebih-baik-menonton-porno-saat-rapat-daripada-ketahuan-tidur di gedung lama, dan cerita tentang seorang bapak yang lain yang berkata bahwa gedung baru hanya boleh didiskusikan oleh orang-orang pintar hanyalah sedikit dari beberapa kisah lucu yang membawa air mata saya mengalir. Oh, tentang Briptu Norman Kamaru, saya memuji kreatifitasnya. Saya masih ingat jelas kejadian tahun 1998 dimana banyak sekali teman-teman saya yang ikut melakukan penjarahan dan pembakaran rumah-rumah dan toko-toko di beberapa kota besar di Indonesia. Kejadian itu sekilas terlihat menarik untuk di kenang setelah sekarang ternyata lebih banyak hal yang lebih "lucu" dari itu. Ya, satu kebanggaan tersendiri buat saya karena ternyata semakin lama bangsa kita malah menjadi semakin lucu. Entah mau jadi apa bangsa kita. Entah mau di bawa kemana rakyat-rakyat kita. Entah siapa lagi yang akan memimpin bangsa kita. Entah hal lucu apa lagi yang bakal ada di depan sana. Entah lah. Mungkin memang lebih baik kalau Tukul saja yang menjadi pemimpin bangsa ini. Mungkin dia juga perlu didukung oleh menteri-menteri yang lucu yang berasal dari Grup Srimulat atau Opera Van Java. Mungkin negara kita bisa lebih bahagia, lebih ceria, dan lebih banyak tawa. Yah, setidaknya kelucuan-kelucuan mereka tidak sampai membuat air mata saya mengalir. Saya sedih melihat bangsa saya. Bukan karena dia menyakiti saya. Karena dia menggelitik saya. Kapankah kita bisa belajar untuk bisa serius dan lebih dewasa terhadap semua masalah dan keadaan yang ada? Bangun, Indonesia! Keluar dari semua kelucuan di dunia mimpimu! AYO MAJU!

.ditulis atas dasar kesadaran dan rasa kasihan yang sudah terlalu besar untuk ditahaN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline