Di era digital saat ini, profesi penulis novel tak lagi seasing dahulu. Berkat kemunculan berbagai platfrom menulis digital---sebut saja: Cabaca, Storial, Wattpad, Novelme---banyak yang tergiur menjajal profesi ini, mulai dari remaja sampai ibu rumah tangga.
Hobi coret-coret bisa jadi ladang mencari laba yang menjanjikan. Platfrom digital dalam maupun luar negeri bersaing meraup pengguna sebanyak-banyaknya dengan menawarkan fitur-fitur menarik.
Mencari uang dari menulis pun semakin mudah. Dengan mengandalkan promosi di media sosial dan pengikut setia, penulis bisa meraup puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Namun, maraknya platfrom digital ini menimbulkan dilema bagi penulis, mana yang lebih menguntungkan, jadi penulis cetak atau digital?
Isu tersebut sering diperbincangkan di banyak komunitas menulis. Penulis-penulis yang telah menjajal berbagai platfrom digital gencar membagikan pengalamannya mendapat royalti melimpah dari platfrom tertentu.
Masa pandemi dan new normal yang berimbas pada industri perbukuan cetak menambah keyakinan mereka bahwa memanfaatkan platfrom menulis adalah jalan terbaik untuk menjadi penulis produktif dan terkenal.
Di sisi seberang, penulis yang bekerja sama dengan penerbit dan memasarkan tulisannya lewat toko buku dalam bentuk cetak, meragukan kualitas tulisan-tulisan pada platfrom digital. Mereka yakin, kualitas tulisan yang utama.
Dengan promosi dan produktif menghasilkan karya secara konstan, laba akan mengikuti sepak terjang mereka. Lagi pula, bekerja sama dengan penerbit, membuka kesempatan-kesempatan lain dan nama mereka akan mudah naik di mata pembaca secara luas.
Jika pengukur kesuksesan seorang penulis hanya dari uang, maka banyak penulis fenomenal yang karyanya harum sampai hari ini tidak masuk kategori itu.
Sebut saja, Edgar Allan Poe sang pengembang aliran detektif; Oscar Wilde pengarang The Picture of Dorian Gray; H.P Lovecraft yang terkenal akan tulisan horornya yang intimidatif; dan O. Henry yang sangat produktif menulis cerita pendek dengan gaya luar biasa. Mereka meninggal dalam keadaan miskin sebelum menikmati buah kerja kerasnya.
Terlalu sempit jika kegiatan menyebarkan manfaat melalui tulisan hanya dijadikan salah satu cara mendulang rupiah. Penulis-penulis dengan tujuan kuat di balik proses menulis justru memiliki kualitas tulisan lebih baik dan mampu mendatangkan keuntungan lebih dari segi kebermanfaatan dan uang.
Namun, penulis juga harus bersikap realistis. Terlebih di era pandemi. Lebih menguntungkan jadi penulis cetak atau digital sebenarnya relatif, tergantung si penulis.