Besok warga Nahdliyin akan memperingati Satu Abad Nahdatul Ulama (NU) di Stadion Gelora Delta Sidoarjo. Warga yang dikenal sebagai kaum sarungan ini memperingati 100 tahun berdirinya organisasi besar ini.
NU berdiri menurut kalender Hijriah adalah 16 Rajjab 1344 (sementara secara kalender Masehi adalah 31 Januari 1926) oleh beberapa ulama Indonesia yang punyailmu agama tinggi sepulang dari Makkah, Saudi Arabia.
Beberapa ulama itu antara lain Syaikhona Kholil asal Madura, Hadratus Syeh KH Hasyim Asy'ari (kakek dari Gus Dur) asal Jombang, juga Kyai Wahab Chasbullah.
Banyak hal sudah dilakukan oleh organisasi besar ini baik bagi umat muslim maupun bagi negara dari waktu ke waktu. Kita tentu ingat perlawanan arek-arek Suroboyo pada 10 November 1945 yang sebenarnya diawali oleh fatwa resolusi jihad oleh salah satu tokoh NU yaitu Hasyim Asyari kepada para santri untuk melakukan perlawanan kepada penjajah Jepang dan Belanda yang membonceng sekutu. Permintaan jihad ini kemudian kita kenal sebagai hari Santri.
Perlawanan umat muslim ditambah warga Surabaya dan sekitarnya memang dahsyat. Terlebih Sekutu sebelumnya marah karena salah satu jenderalnya yaitu jenderal Mallaby tewas dibunuh arek arek Suroboyo di dekat jembatan merah.
Beberapa pesawat tempur dan kendaraan perang yang canggih waktu itu dilawan dengan gagah berani oleh umat muslim dan warga Suroboyo. Sekitar 10 ribu penduduk lokal tewas dan ratusan dari musuh, dan sekutu mengenang pertempuran itu sebagai neraka dunia.
Ormas ini pernah ikut menegakkan Pancasila sebagai ideologi resmi negara. Namun pernah juga melewati masa suram dimana NU membesar dan punya banyak sekali massa bahkan di kabupaten sampai dusun-dusun, lalu dianggap sebagai ancaman oleh satu pemimpin Indonesia waktu itu. Ada beberapa langkah untuk mengkerdilkan NU.
Namun Allah sudah mengatur hal terbaik untuk Indonesia. Rezim orde baru lengser dan Gus Dur menjadi Presiden. Meski memerintah tak sampai lima tahun, beberapa perubahan yang menyangkut pluralisme agama dilakukan oleh Gus Dur dan itu baik untuk Indonesia yang memang membutuhkan itu.
Sampai sekarang inshaallah pemerintah Presiden Joko Widodo terus melakukan penguatan pluralisme itu meski ideologi transnasional seperti salafi dan wahabi terus mengancam.
Dengan peringatan satu Abad NU ini, kita bisa terus memelihara persatuan dan keutuhan bangsa berdasar Pancasila. Semoga perbedaan etnis, agama, bahasa dll, tidak menyurutkan keinginan untuk terus mencintai Indonesia.