Lihat ke Halaman Asli

chitania sari

mahasiswa

Keluarga dan Efek Buruk Teknologi

Diperbarui: 20 Januari 2023   14:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

indihome

 Berdasar sensus penduduk 2020 , sepertiga penduduk Indonesia atau 84,4 juta  adalah anak-anak dengan usia 0-18 tahun.  Dari jumlah itu sekitar 74 persen merupakan anak-anak di bawah 14 tahun. Artinya, generasi muda inilah akan menjadi pemimpin dalam 20-25 yang akan datang.

Ini merupakan tantangan tersendiri untuk Indonesia agar bisa membangun karakter mereka dengan baik. Pembentukan karakter yang baik itu bisa terwujud jika keluarga mampu mencetak generasi yang baik pula. Baik itu bukan pada katagori unggul dalam hal akademis semata tapi juga karakter mereka. Jika karakter terbentuk dengan baik, inshaallah akan tewujud pribadi  yang baik pula.

Kita contohkan sebuah keluarga sederhana yang sehari-hari berjualan di pasar dan ayahnya adalah tukang bangunan biasa, mereka punya empat anak yang menuntur ilmu. Mereka mendidiknya dengan baik, mengenalkannya dengan sifat dan religi yang baik pula. Suka menolong tetangga dan teman, tidak membeda-bedakan agama suku dan ras, suka mencari ilmu sampai negeri seberang tanpa melupakan budaya dan karakter keluarga, maka keluarga itu insyaalah akan berhasil mencetak manusia dewasa dengan pribadi yang kuat dan baik pula.

Hal yang sangat berat pada masa kini adalah kemajuan teknologi. Keberadaan teknologi ini seakan menjadi tantangan kita semua. Dengan latar belakang keluarga baik, dan dengan lingkungan yang baik pula, kadang terhadang dengan pengaruh buruk dari teknologi.

Dari internet kitab isa mendapatkan apa saja baik sampah maupun "surga" . Kita bisa melihat kenyatan wanita yang menyerang Mabes Polri dengan airsoftgun beberapa tahun lalu, tumbah dari keluarga yang baik dan lingkungan yang baik. Namun karena pengaruh dari internet dia berpendapat bahwa apa yang dilakukan keluarga dan masyarakatnya adalah salah. Ajaran menyimpang yang didapat dari internet membuat bahwa dengan menyerang kantor polisi yang dianggapnya thagut adalah jalan terbaik baginya untuk mencapai surga.

Apalagi kita mendengar dua remaja berusia 17 dan 14 tahun membunuh seorang anak berusia 11 tahun karena tawaran jual beli organ di internet. Setelah membunuhnya, mereka bingung bagaimana mereka menjual organ melalu marketplace; suatu cara berpikir yang jauh dari karakter baik. Kita bisa mengatakan bahwa mereka sungguh kejam.

Sekali lagi ini adalah tantangan kita semua. Selain membawa manfaat, internet terbukti juga membawa kemudaratan jika kita abai untuk mencermatinya. Karena itu jagalah keluarga Anda dari efek buruk dari teknologi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline