Lihat ke Halaman Asli

chitania sari

mahasiswa

Banggalah dengan Islam Kita

Diperbarui: 3 Juli 2020   22:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

umma

Sekitar tiga tahun lalu ada survey internasional bidang travelling soal minat kaum millenials muslim bepergian ke luar negeri. Dari sekian banyak responden millenials yang mengisi survey didapatkan tiga negara yang ingin sekali mereka kunjungi, pertama yaitu Malaysia, Indonesia dan Jepang.

Beberapa alasan mereka kemukakan kenapa memilih tiga negara itu adalah ketertarikan mereka terhadap alamnya,  budaya dan agama serta bagaimana upaya-upaya mereka untuk mempertahankan  budaya itu.

Mereka mencontohkan Indonesia yang punya alam indah dan budaya yang kaya. Mereka juga tahu akan keberagaman yang dimiliki oleh bangsa kita, baik budaya, suku, agama, bahasa dan warna kulit. Keberagaman ini tidak kaku tapi kontekstual dan tidak hitam putih.

Toleransi di Indonesia adalah salah satu yang mereka kagumi. Bagaimana sebuah negara yang sangat besar dengan berbagai perbedaan itu bisa bertahan sampai sekarang. Agama mengalami proses akulturasi dengan budaya lokal.

Mereka juga paham bahwa Islam di Indonesia sangat moderat ; Islam yang bisa pahami sisi teologis (ajaran agama itu sendiri) dan sisi sosiologis (kultur yang membentuk agama itu sendiri. Islam yang moderat dan ramah atau lentur terhadap perbedaan ini tetap Islam yang utuh.

Islam Indonesia dengan karakter moderasi adalah juga Islam yang paripurna (kaffah). Setidaknya, ada delapan ranah budaya Islam: Arab, Persia, Turki, Anak Benua India, sub-Sahara Islam, China Islam, belahan dunia Barat, dan Nusantara. Islam di Indonesia sama sahnya dengan di Arab ataupun yang lainnya.

Begitulah sesungguhnya keberadaan dan nilai Islam di Indonesia; sesuatu yang berharga dan dipandang oleh berbagai pihak  internasional sebagai sebuah prestasi ditengah kesulitan banyak negara dunia untuk menyandingkan berbagai perbedaan yang mereka punyai. Tak ada yang merasa superior dan inferior di bumi Indoensia.

Karena itu, maka kita tidak perlu terkecoh dengan Islam transnasional yang seakan membawa marwah kaffah padahal bukan. Mereka sering berkilah bahwa Islam di Indonesia harus dimurnikan dari pengaruh adat dan budaya lokal. Padahal Islam mempromosikan budaya Indonesia yang indah dan beragam itu.

Islam transnasional hanya akan membawa pengaruh negative pada diri kita. Upaya radikal dan ekstrem telah terbukti merusak nama Islam itu sendiri. Tetaplah menjadi Islam Washatiyah; Islam yang fleksibel dan konstekstual dengan alam dan masyarakatnya.  Jika millenials lain kagum pada Islam kita, kenapa kita tak bangga padanya ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline