Lihat ke Halaman Asli

chitania sari

mahasiswa

Ketika Bandung dan Bogor Uring-uringan Karena Kemarau Berkepanjangan

Diperbarui: 10 Agustus 2015   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Musim kemarau tahun ini memang tengah mengalami anomali yang konon menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofiiska (BMKG) bakal terjadi hingga akhir tahun. Banyak wilayah di Indonesia telah mulai merasakan dampaknya, seperti ancaman gagal panen dan kian sulitnya akses air. Bahkan lucunya (menurut saya), Kota Bogor yang berjuluk kota hujan pun turut mengalami kekeringan. Pun Kota Bandung yang notabene selama ini jauh dari ancaman kekeringan, justru turut mengalaminya tahun ini.

Sebenarnya ada apa dengan semua ini? Apakah ini yang dinamakan pengaruh pemanasan global? Bisa jadi begitu, namun saya rasa bukan karena itu. Saya berpikir justru kekeringan yang dialami Bogor dan Bandung, serta kawasan-kawasan yang umumnya jauh dari risiko bahaya kekeringan diakibatkan oleh ulah manusia.

Salah satu hal yang mungkin 'dapat disalahkan' atas bencana kekeringan di kedua kota tersebut adalah peralihan peruntukan lahan yang tidak bertanggung jawab. Lihat saja di kawasan Bandung Utara misalnya, kini banyak lahan beralih fungsi menjadi hunian dan juga kawasan industri. Pembukaan akses tol Cipularang yang melewatinya konon menjadi salah satu faktor penarik banyak orang melirik Bandung Utara untuk kepentingan komersial. Akibatnya tutupan lahan hijau pun berkurang dan penyerapan air hujan berkurang drastis.

Hal di atas pada akhirnya membuat kondisi Kota Bandung saat ini tidak nyaman secara iklim. Di musim hujan banyak wilayah di sana terendam banjir, dan di saat musim kemarau seperti saat ini membuat banyak orang kalang kabut karena kesulitan akses air bersih.

Hal serupa juga terjadi di Kota Bogor yang kian hari kian padat penduduknya. Di sana kekeringan banyak terjadi karena ketersediaan air tanah menipis, sedangkan kebutuhan air oleh masyarakat begitu menbludak. Sementara itu, meskipun kondisi beberapa aliran sungai yang melewatinya tidak begitu parah mengalami kekeringan,  namun kualitasnya sudah cukup buruk sehingga tidak kayak konsumsi. Itulah mengapa Bogor turut dianggap mengalami kekeringan.

Benang merah dari semua itu adalah malfungsi pemanfaatan lahan. Pemerintah daerah terkait sebaiknya mulai melakukan tindakan penanggulangan yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat sekitar. Sebagai contoh, Kota Bandung dan sekitarnya yang juga identik sebagai kota industri perlu segera memiliki aturan jelas dan ketat mengenai aktifitas ekonomi, politik,  dan sosial yang berbasis lingkungan. Tentunya hal itu harus dibarengi dengan aturan hukum yang tegas sehingga mendorong segenap masyarakat di sana untuk semakin peduli dengan kegiatan hidup yang bercirikan lingkungan.

Sama halnya untuk Kota Bogor yang bisa dikatakan senasib dengan Kota Bandung, aturan tegas perlu segera dibuat dan diimplementasikan oleh pemerintah setempat agar dampak kerusakan lingkungan dapat ditekan. Saya juga berpikir pemerintah Kota Bogor perlu melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah sekitarnya,  terutama dengan daerah-daerah di sisi selatan yang berkaitan erat dengan wilayah hulu. Perlu ada komitmen jelas antar pemerintah daerah terkait dalam upaya konservasi pelestarian lingkungan hijau di kawasan hulu, di mana nantinya diharapkan berdampak baik bagi kelangsungan hidup masyarakat di sekitarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline