Lihat ke Halaman Asli

Chistofel Sanu

Indonesia Legal and Regulation Consultant On Oil and Gas Industry

Ancaman Nuklir Vladimir Putin Hanya Gertakan

Diperbarui: 11 Oktober 2022   14:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Vladimir Putin di Pusat Penelitian dan Produksi Khrunichev, Moskow, Rusia, Minggu (27/2/2022). Foto: Sputnik/Sergey Guneev/Kremlin melalui REUTERS

Moscow ingin menciptakan ketakutan akan perang nuklir, karena setiap kali Rusia mencoba mengubah kekuatan di Ukraina, ancaman itu selalu muncul.

Selama beberapa minggu terakhir, ketika Rusia mulai kehilangan kekuatannya di Ukraina, Moscow mulai mengisyaratkan kemungkinan penggunaan senjata nuklir.
Ini bukan pertama kalinya Putin membuat ancaman ini . Hanya segelintir negara yang memiliki senjata nuklir dan tidak ada satupun dari mereka yang mengancam untuk menggunakannya. Oleh karena itu, ancaman Rusia ini dianggap unik dan belum pernah sebelumnya. Raksi maupun komentar yang sering tentang kemungkinan perang nuklir adalah sesuatu yang hanya kita dengar dalam kaitannya dengan perang di Ukraina. Tidak ada isu nuklir lain yang terlibat konflik yang berani menawarkan opsi nuklir.

Menghitung ancaman nuklir Rusia.

Infografik Sebaran Senjata Nuklir Global (Kredit Foto : kumparan)

Keputusan Rusia untuk melakukannya tampaknya diperhitungkan. Sebagian besar diskusi terkait isu nuklir tidak secara langsung diprakarsai oleh Moscow, tetapi justru oleh pihak Barat, yang sering menampilkan diri sebagai "pragmatis" atau "realis" dan ingin memperjelas posisi Moscow, yang kadang-kadang menempatkan siri sebagai ilmuwan atau seolah-olah pakar kebijakan luar negeri, selalu mengutip masalah nuklir sebagai contoh mengapa Barat tidak boleh "berindak langsung" di Ukraina.

Kombinasi dari ancaman nuklir, yang sebagian besar dibawa oleh media arus utama Barat dan orang-orang yang ingin menenangkan Rusia, dan faktanya bahwa isu itu hanya muncul pada saat-saat kritis saat perang, ini mungkin ingin menunjukkan bahwa semua itu sebagian besar hanya gertakan dari Moscow.

Rusia telah meluncurkan serangan skala besar yang belum pernah terjadi sebelumnya ke Ukraina. Banyak negara tidak percaya bahwa Rusia benar-benar menyerang tanpa alasan. Tetapi, Moscow berani melakukannya dan kemudian mencaplok daerah-daerah di dalam Ukraina. Rusia terus berargumen bahwa jika Barat mempersenjatai Ukraina, maka hal itu bisa meningkatkan perang. Serangan terhadap pipa yang menghubungkan gas alam Rusia ke Eropa bisa jadi tanda eskalasi perang Rusia meluas.

Bagaimana dengan ancaman nuklir?.

Berbagai opini mengklaim bahwa Rusia dapat saja menggunakan senjata nuklir "taktis". Namun, tidak jelas senjata apa yang dimiliki Rusia saat ini yang dapat membantu pada tingkat "taktis". Artinya, era terakhir, "Perang Dingin" telah berakhir, ketika para ahli perang nuklir mengembangkan strategi senjata luar biasa yang dapat digunakan di medan perang, misalnya senjata nuklir berskala rendah guna menghentikan massa tank.

Apakah Rusia telah banyak berinvestasi dalam memodernisasi senjata nuklir taktis dan mempraktikkannya?. Sepertinya tidak ada pelatihan untuk menggunakan senjata nuklir dengan cara ini, juga tidak jelas apa yang akan dicapai Moscow dengan melakukan ini. Rusia telah mempertaruhkan perangnya di Ukraina, dan berharap negara-negara perbatasan Selatan tidak akan berpihak.
Sejauh ini, Moscow benar, negara-negara, seperti India, belum ingin sepenuhnya memihak ke Barat, seperti Brazil atau lainnya. Tetapi, ketika Puin memutuskan untuk menggunakan senjata nuklir kemungkinan hal iu akan mendorong negara-negara yang netral dan perbatasan akan berpihak ke kubu Barat.

China mungkin juga akan marah. Karena sebagian besar negara yang memiliki senjata nuklir menggunakannya secara bertanggung jawab. Alasan negara-negara berusaha mencegah Iran mendapatkan bom nuklir adalah karena kekhawatiran akan berperilaku seperti yang dilakukan Rusia saat ini. Satu dekade lalu, dari 2009-2013, menjelang kesepakatan Iran, ada beberapa pendapat yang menyarankan program nuklir Iran dapat mengarah pada stabilitas, namun perilaku Rusia di Ukraina, mulai dari serangan hingga pembicaraan tentang konflik nuklir, menjadi alasan mengapa Iran juga tidak bisa dipercaya.

Hal ini juga berarti bahwa Rusia berisiko mengalami keterasingan lebih lama jika terus menempuh jalan ini. Putin memiliki ambisi di Ukraina untuk jangka panjang dan hal ini didasarkan pada keyakinan pada situasi Barat yang sedang menurun. Tetapi,hipotesis penurunan Putin akan ditantang jika Moscow mengerahkan senjata nuklir.

Ketakutan atas ancaman Rusia yang mungkin serius.

Pembicaraan tentang penarikan pasukan Moscow dari medan perang dan tekanan yang sekarang dihadapinya telah membuat beberapa orang percaya bahwa ancaman nuklir bisa serius. John Bolton, mantan penasihat keamanan nasional AS dan duta besar untuk PBB, mengatakan di Sky News bahwa Rusia "berada dalam banyak masalah daripada sebelumnya setelah serangan itu." Jadi, saya pikir itu pasti akan menambah kesulitan dalam negeri bagi Putin di bawah kebijakan Rusia dan akankah itu terjadi? " agak lebih mungkin karena secara taktis penggunaan senjata nuklir dimungkinkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline