Permasalahan kerusakan gigi banyak bertambah dari waktu ke waktu, seperti halnya masalah pada anak di Indonesia saat ini salah satunya yaitu karies gigi. Karies gigi adalah kondisi ketika lapisan struktur gigi mengalami kerusakan secara bertahap atau bisa dikenal dengan kondisi gigi berlubang. Gigi-gigi yang berlubang ini suatu saat akan menimbulkan rasa sakit, kesulitan mengunyah, masalah bicara, gangguan kesehatan umum, masalah psikologis, dan penurunan kualitas hidup anak. Menurut World Health Organization (November 2024), secara global diperkirakan 2 miliar orang menderita karies gigi permanen dan 514 juta anak menderita karies gigi primer. Menurut World Health Organization (WHO) angka kejadian karies yaitu mencapai 60-90% anak dibawah umur 12 tahun terserang karies gigi. Diperkirakan bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah dasar di seluruh dunia pernah menderita karies (WHO, 2014).
Karies gigi terjadi ketika bakteri pada gigi menumpuk dan menimbulkan pembentukan plak, sehingga menyebabkan demineralisasi atau hilangnya komposisi mineral pada gigi. Salah satu faktor yang menjadi penyebab utama meningkatnya resiko karies gigi pada anak adalah seringnya mengkonsumsi makanan manis.
Makanan manis yang masuk ke dalam mulut bisa membuat bakteri memperoleh energi sehingga ketika sering mengkonsumsi makanan manis, bakteri akan memiliki lebih banyak energi untuk menghasilkan asam yang menyebabkan mineral pada gigi hilang dan membuat gigi berlubang. Gula dari makanan manis yang menempel di gigi juga akan mempermudah pembentukan plak dari bakteri.
Selain sering mengkonsumsi makanan manis atau makanan yang tinggi gula, karies pada anak juga bisa disebabkan karena kurangnya menjaga kebersihan mulut dan gigi pada anak.
Anak-anak yang terkena rampan karies biasanya menunjukkan perubahan warna gigi, mulai dari bintik-bintik putih yang kemudian berubah menjadi coklat atau hitam. Nyeri gigi seringkali menjadi keluhan utama, disertai dengan rasa tidak nyaman saat makan. Jika tidak segera diobati, karies ini dapat menyebabkan gigi hancur dan akhirnya copot, mengakibatkan masalah kesehatan gigi yang lebih serius di masa depan.
Gejala karies gigi bisa saja berbeda pada setiap orang, tergantung dari tingkat keparahannya. Namun, beberapa gejala umum akibat karies gigi adalah mengalami bau mulut, nyeri pada gigi secara tiba-tiba tanpa alasan yang jelas, muncul lubang yang tampak jelas di gigi, gigi menjadi lebih sensitif, serta gigi terasa nyeri saat mengkonsumsi makanan manis, panas, ataupun dingin.
Karies gigi pada anak bisa berkembang dengan cepat. Jika dibiarkan maka bisa menyebabkan berbagai masalah seperti sakit gigi yang mengganggu, pembengkakan di sekitar gigi, gigi berlubang dan copot, pergeseran posisi gigi, dan juga abses gigi. Selain itu, karies pada gigi susu anak dikhawatirkan dapat mengganggu pertumbuhan gigi permanennya kelak. Sebab, tidak tersedianya tempat yang optimal bagi gigi permanen anak untuk tumbuh.
Peran orang tua dalam hal menjaga kesehatan gigi anak sangat dibutuhkan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor psikososial orang tua, seperti depresi pada ibu, rendahnya tingkat koherensi, pengasuhan yang berlebihan, dan stres orang tua, dapat berdampak negatif pada kesehatan mulut anak. Kesehatan gigi anak merupakan tanggung jawab orang tua, yang berarti anak masih memerlukan bimbingan orang tua dalam merawat gigi mereka. Perilaku anak dalam menjaga kesehatan gigi umumnya terlihat dari kebiasaan menyikat gigi secara teratur. Namun, ini sering kali tidak sejalan dengan pola makan mereka yang cenderung mengkonsumsi banyak makanan dan minuman manis. Kebiasaan ini belum diimbangi dengan perawatan gigi yang tepat.
Melakukan perawatan gigi yang tepat pada anak harus dilakukan sejak dini, dengan cara menggosok gigi secara teratur yaitu 2 kali sehari, hal ini penting dalam menjaga kesehatan gigi anak. Ini membantu menghilangkan sisa makanan dan plak dari permukaan gigi, mencegah pembentukan karang gigi, serta mengurangi risiko kerusakan gigi dan gusi bengkak. Kedua, yaitu menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride. Fluoride adalah mineral yang penting dalam mencegah kerusakan gigi karena membantu memperkuat enamel gigi. Pasta gigi yang mengandung fluoride membantu memperkuat enamel sehingga gigi lebih tahan terhadap kerusakan dan lubang. Ketiga, rutin periksa ke dokter gigi. Menurut The American Dental Association, waktu terbaik membawa anak ke dokter gigi adalah pada usia 1 tahun atau saat gigi pertama anak muncul atau paling lambat saat memasuki usia 2 tahun. Pemeriksaan gigi rutin setiap 6 bulan sekali selanjutnya sangat penting untuk mendeteksi masalah gigi dan mulut sedini mungkin. Dokter gigi dapat melakukan pemeriksaan menyeluruh, membersihkan plak dan karang gigi yang sulit dijangkau, serta memberikan saran tentang perawatan gigi yang sesuai.
Pencegahan karies mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 3 yaitu "Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan." Pencegahan dan pengobatan rampan karies dapat meningkatkan kualitas hidup anak-anak dan mendukung kesehatan yang lebih baik serta pendidikan yang lebih optimal dengan mengurangi absensi sekolah akibat masalah gigi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H