Lihat ke Halaman Asli

Pameran Lukisan "Sabda Telah Menjadi Warna"

Diperbarui: 24 Maret 2017   08:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu karya lukisan perupa Suga Sen

Bila biasanya pameran digelar oleh pelukis yang memang menggeluti secara penuh bidang ini atau pelukis yang memang secara khusus mengenyam pendidikan formal seni rupa, atau pula mereka yang sudah terkenal kiranya adalah hal wajar kita temui di berbagai tempat pelaksanaan pameran dan geleri. Kali ini nampaknya akan berbeda sama sekali, karena pameran yang akan digelar oleh tembi rumah budaya pada tanggal 27 Maret 2017  sampai dengan tanggal 16 April 2017 mendatang akan dilakukan oleh dua orang perupa yang baru pertama kali mengadakan pameran dan mereka ini adalah dua rohaniwan muda yang dalam kesehariannya merupakan pelayan umat.  

Salah satu karya luksian Mo Wan

Pameran  lukisan yang terbuka gratis bagi khalayak umum ini memang harapannya mampu membawa sebuah warna baru bagi belantika seni rupa yang ada di yogyakarta khususnya, meski bisa jadi bila dilihat dari sisi-sisi kaidah seni rupa, dua rohaniwan muda ini tidak mengatakan karya mereka adalah yang terbaik apalagi hebat namun ingin membuka pemahaman lain bahwa seorang rohaniwan sekalipun memiliki ketertarikan pada sebuah bentuk aktivitas seperti contohnya melukis di atas kanvas dan berkarya di sela-sela kesibukan mereka melayani umat.

Romo Yohanes Agustinus Riyanto (suga sen)

Romo Yohanes Agus Riyanto, mengatakan bila dunia seni lukis adalah panggung baru dalam hidupnya dan bisa dikembangkan. “ karena baru, saya  membabtiskan diri dalam panggung seni dengan nama Suga Sen. Dan, menurut beliau “Pameran ini bukan semata bertujuan memamerkan sebuah karya, melainkan membagikan narasi sebuah perjalanan terhadap apa saja yang ditemui dalam pergulatan hidupnya yang tadinya tidak nampak sekarang menjadi nampak. Di atas kanvas itulah, saya menggoreskan warna-warna itu. saya ciptakan pula sebuah pergerakan yang dinamis dari sebuah perjalanan. lebih dalam lagi, di atas kanvas saya goreskan sabda yang sungguh hidup, bergerak dan gerakannya sungguh dinamis. Sabda itu adalah guru bagi seorang murid yang di panggil menjadi pelayan.”

Sementara, Mo Wan, begitu sapaan akrab Romo Stefanus Ruwan Budi Sunaryo, mengungkapkan , “ saya tidak pernah mengenyam pendidikan seni rupa formal, namun sejak kecil memiliki ketertarikan dan juga kebiasaan menggambar dan bermusik sehingga berkesenian ini adalah salah satu bagian hidup saya.”

Romo Stefanus Rusawan Budi Sunaryo (Mo Wan)

Mo Wan, menegaskan “ lewat karya-karya ini ia ingin menyuguhkan kepada masyarakat bahwa saat kita masuk ke dalam batin dan melihat dengan jernih gambaran kehidupan nyata dalam relasi dengan sesama dan pencipta, maka sebenarnya kotak-kotak suku, ras, agama, bahasa, aliran, genre dan lain-lain itu hanya pemisahan kehidupan, bagian permukaan saja.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline