Pada tanggal 23 November 2015, sekolah saya yaitu SMA Mahatma Gading mengadakan kegiatan studi kemasyarakatan atau live in di dusun Kendal Ngisor, desa Wirogomo. Desa ini terletak di Ambarawa, Kabupaten Semarang. Live in ini diadakan dari tanggal 23 November sampai dengan 30 November. Kami berangkat sekitar pukul 9 malam dan sampai di Ambarawa keesokan harinya pukul 3 sore. Dusun Kendal Ngisor adalah dusun yang bersih dan indah. Penduduknya juga sangat ramah dan sopan. Kami disambut dengan meriah oleh warga Kendal Ngisor. Kedatangan kami disambut dengan tarian kontulan oleh warga Kendal Ngisor. Disana, setiap keluarga didatangi 2-3 murid dari sekolah kami untuk tinggal bersama mereka selama seminggu. Anak-anak menjadi anggota keluarganya masing-masing dan beraktivitas sesuai dengan kehidupan keluarganya.
Selama kegiatan live in berlangsung, anak-anak tidak diperkenankan menggunakan handphone. Semua alat elektronik seperti handphone ataupun iPad dikumpul dan baru akan dikembalikan di hari terakhir. Hal ini dilakukan agar anak-anak selalu aktif di dalam keluarganya dan tidak sibuk dengan handphonenya sendiri. Kehidupan di desa sangatlah berbeda dengan gaya hidup di kota. Di kota, semua fasilitas serba ada. Namun, rasa kekeluargaan dan gotong royong jarang ditemui lagi di kota. Penduduk di kota cenderung individualistis. Sedangkan, di desa, rasa kekeluargaan dan gotong royongnya masih sangat kental. Penduduknya sangat hangat dan bersikap terbuka dengan kami. Walaupun mereka tidak mengenal kami, mereka murah senyum dan selalu menyapa kami bila kami berpapasan. Dengan perlakuan hangat dari penduduk, kami merasa nyaman dan betah tinggal di dusun itu.
Mata pencaharian penduduk dusun Kendal Ngisor kebanyakan sebagai pencari rumput, peternak atau petani. Ada juga yang mempunyai usaha sendiri seperti warung dan ada juga yang bekerja di kota. Anak-anak diberi pengalaman yang berharga selama live in. Anak-anak membantu pekerjaan keluarganya sehari-hari seperti mencangkul sawah, memotong padi, atau memberi makan hewan ternak. Saya sangat senang mendapatkan pengalaman yang seperti ini karena tidak akan saya dapatkan di Jakarta tentunya. Anak-anak kecil di dusun itu sangatlah berbeda dengan kebanyakan anak kecil di kota.Di dusun itu, anak-anaknya bersikap terbuka dan tidak malu-malu bermain dengan kami. Mereka juga tidak mengenal handphone ataupun iPad, sehingga mereka aktif bermain di luar rumah. Kami sudah dianggap seperti kakaknya sendiri.
Saya sangat menyukai makanan di dusun ini. Makanan yang disuguhi keluarga kami sangatlah lezat meskipun sederhana. Makanan yang paling saya sukai dari keluarga saya adalah opor ayamnya. Jajanan di dusun itu juga sangatlah murah dan enak. Hanya dengan lima ribu rupiah, saya sudah dapat menyantap semangkok baso dengan bihun. Es krim puternya juga murah, hanya seribu rupiah. Saya juga mencoba gula aren dan kopinya. Kopi hitamnya enak, beda rasanya dengan yang di Jakarta.
Kami sempat mengunjungi air terjun Mbah Senggol. Terdapat 2 air terjun dan keduanya sangat indah. Letaknya tidak terlalu jauh dari dusun Kendal Ngisor. Kira-kira kami berjalan kaki selama 15 menit. Kami juga sempat berfoto-foto disana.
Selain membantu pekerjaan keluarga kami masing-masing, selama livein juga diadakan lomba-lomba untuk warga desa dan doorprize. Tentu saja mereka sangat antusias mengikuti lomba dan mereka terlihat sangat ceria. Baik anak-anak hinggadewasa tidak malu-malu saat berlomba. Ditambah dengan adanya doorprize yang banyak, warga desa terlihat sangat bahagia dan ceria.
Keesokan harinya, diadakan Pasar Murah. Sebelum live in, kami mengumpulkan baju-baju yang sudah tidak terpakai untuk dijual di pasar murah. Baju-baju dijual mulai dengan harga 3 ribu rupiah hingga 10 ribu rupiah. Pasar Murah pun ramai dikunjungi oleh banyak orang, bukan hanya dari dalam dusun melainkan juga dari dusun-dusun lain. Saya membelikan beberapa baju untuk keluarga saya juga. Selain menjual pakaian murah, Pasar Murah juga menampilkan beberapa acara yaitu tari Soreng, Kontulan, dan juga penampilan dari kelas 11 dan 12. Saya terpilih menjadi penari Soreng. Sebelum Pasar Murah diadakan, saya sudah latihan terlebih dahulu setiap malam. Meskipun penampilan kami belum maksimal dikarenakan baru pertama kali belajar dan hanya berlatih dengan singkat, warga dusun tetap senang melihat penampilan kami.
Tiba saatnya mengucapkan selamat tinggal kepada warga dusun Kendal Ngisor. Hari minggu tanggal 29, kami sudah harus kembali ke Jakarta. Kami dengan sangat berat hati harus meninggalkan keluarga kami masing-masing. Tidak sedikit yang meneteskan air mata selama perpisahan. Keluarga kami sudah menganggap kami sebagai anak kandungnya sendiri disana, jadi tidka heran jika mereka sedih ketika kami berkumpul di lapangan untuk mengucapkan salam perpisahan kepada warga dusun. Kami terharu karena mereka masih memberikan kami oleh-oleh untuk dibawa pulang ke Jakarta. Saya diberi labu, gula aren, dan cabai.
Kami sangat berterimakasih kepada warga dusun Kendal Ngisor karena dengan senang hati dan terbuka menyambut kehadiran kami. Mereka selalu bersikap baik kepada kami dan selalu mengutamakan kami. Dengan adanya studi kemasyarakatan ini, kami mendapatkan pengalaman berharga yang tidak akan dapat dilupakan. Pengalaman-pengalaman seperti ini tidak akan didapatkan di Jakarta. Pengetahuan kamipun semakin bertambah dengan mengikuti kegiatan ini. Kami juga turut berdoa untuk Kendal Ngisor yang baru-baru ini terjadi bencana longsor. Kami harap, tidak ada hal buruk yang terjadi lagi di dusun Kendal Ngisor
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H