Menjadi kepala madrasah di sekolah berkembang atau kecil tidaklah mudah, alih alih menjadikan madrasah dengan daya tarik prestasi akademik dan non akademik agar di lirik dan menjadi pilihan belajar lanjutan untuk siswa SMP/MTs adalah hal yang mustahil dicapai.
Tidak bisa dipungkiri, didalam masyarakat kita masih banyak menilai fisik madrasah adalah yang utama, madrasah dengan bangunan dengan gedung-gedung yang mentereng dianggap madrasah terbaik dan maju sedangkan madrasah dengan penampakan gedung biasa dianggap madrasah yang kurang maju dan bermutu.
Inilah yang menyebabkan madrasah dengan gedung kurang memadai sangat kesulitan menarik siswa untuk daftar dan belajar dimadrasah ini. Sehingga dari tahun ketahun jumlah siswa yang mendaftar cenderung tidak ada peningkatan/pertambahan bahkan beberapa mengalami penurunan.
Sedangkan Madrasah yang sudah maju dengan gedung-gedung mentereng ditunjang setiap tahunnya mendapat bantuan SBSN sehingga gedung gedung dimadrasah semakin Besar dan bertambah semakin menjadi idola dan tujuan belajar siswa kelas IX SMP/MTs.
Inilah yang menjadi alasan bagi seorang kepala madrasah baru untuk membranding madrasah biasa menjadi madrasah luar biasa dan diminati oleh masyarakat sehingga tidak dianggap remeh. Berkenaan fisik madrasah yang rata rata model bangunan bentuknya konvensional jauh dari kesan modern atau bercirikan khusus. Kebutuhan gedung untuk melengkapi kegiatan belajar-mengajar seperti laboratorium IPA ditingkat SMP/MTs dan di MA/SMA Labolatorium IPA yang harus terpisah antara Laboratorium Fisika, Laboratorium Kimia dan Laboratorium Biologi, Laboratorium IPS, Laboratorium Agama, Gedung Perpustakaan, Gedung Multimedia, Gedung Rapat, Aula, Gedung Ekstrakurikuler, Gedung Kantin, Kopsis, Tempat Ibadah (Masjid/Mushola).
Belum ditambah lagi Sarana non gedung seperti lapangan olahraga (Bola Voli, footsal/sepakbola, Atletik, Basket) Greenhouse, taman belajar dan yang lain akan membuat kepala madrasah memutar otak mana yang harus didahulukan, karena semuaya penting dan urgen.
Diperlukan Strategi dan Musyawarah dengan stake holder yang ada dimadrasah agar keputusan yang diambil tidak dianggap terlalu condong di satu sisi, sehingga akan menambah masalah saat satu kebijakan diambil. Perlu pemikiran dan kajian mendalam untuk melangkah dalam mengambil kebijakan agar Kebijakan yang diambil bermanfaat secara menyeluruh dan tidak menyerap dana madrasah terlalu besar.
Seperti membangun sebuah negara Presiden Sukarno Membangun Monas dan Masjid Istiqlal sebagai lambang atau brand Negara yang akat selalu diingat saat banyak warga negara lain berkunjung keindonesia setelah pulang ia akan bercerita kepada sanak saudara dan orang lain bahwa di Indonesia ada Tugu Monas dan Masjid Istiqlal.
Begitu sebaliknya bila ada gambar monas dan istiqlal ingatan banyak orang akan tertuju bahwa itu Indonesia. Bahkan saat itu bung karno panggilan Presiden RI ke-1 lebih mengutamakan atau mendahulukan penyelesaian pembangunan Monas dibandingkan Masjid Istiqlal yang sudah dimulai pembangunannya 10 tahun sebelumnya.
Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa Masjid Istiqlal akan banyak yang memikirkan dan mengupayakan pembangunannya sampai selesai, karena Masjid sebagai kebanggan dan tempat peribadatan umat islam dimana indonesia mayoritas penganut islam.
Tetapi bila monas tidak di dahulukan tidak ada yg memikirkan atau yang mengupayakan karena ini hanya Simbol dan lambang untuk negara yang tidak mewakili apapun baik agama ataupun suku atau adat tertentu, sehingga pembuatan monas lebih di utamakan dan disegerakan. Berjalannya waktu apa yang diperkirakan bung karno sesuai perkiraan pembangunan monas dan masjid istiqlal semua dapat diselesaikan meskipun dengan pro dan kontra.