Lihat ke Halaman Asli

Shagatir: Penghuni Surga yang Tak Pernah Shalat (Bagian Akhir)

Diperbarui: 27 Maret 2019   17:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: kisahteladan354.blogspot.com

Rombongan dagang Quroisy itu pun dihadirkan ke majelis Hiraklius. Di sana, Hiraklius telah menyiapkan penerjemah untuk membantu komunikasi antara mereka. Hiraklius bertanya kepada mereka, "Siapa di antara kalian yang nasabnya paling dekat dengan orang yang mengaku nabi ini?" 

Abu Sufyan menjawab, "Saya adalah orang yang paling dekat dengannya secara nasab." Abu Sufyan bin Harb  memang memiliki nasab yang dekat dengan Nabi Muhammad SAW, sebab Bani Umayyah merupakan saudara sepupu dari Bani Hasyim, qabilah Rasulallah SAW.

Hiraklius berkata kepada para pengawalnya, "Bawa dia ke dekatku, dan suruh teman-temannya untuk berdiri di belakangnya."

Maka dibariskanlah orang-orang Arab tersebut. Abu Sufyan berdiri paling depan disusul dengan yang lainnya. Hiraklius kemudian menatap penerjamahnya dan memintanya untuk menyampaikan perintahnya kepada mereka  yang berada di belakang Abu Sufyan. Hiraklius berkata, "Saya akan bertanya kepada orang ini --Abu Sufyan- jika ia berbohong, maka bersaksilah kalian atas kebohongannya."

Nampak dengan jelas bahwa Hiraklius benar-benar ingin mengetahui hal ikhwal orang yang mengaku nabi tersebut. Oleh karena itu ia ingin mencari informasinya langsung dari orang yang memiliki nasab paling dekat dengan orang tersebut. Dalam waktu yang bersamaan, Hiraklius ingin memastikan kebenaran jawaban yang ia dapatkan dari Abu Sufyan. Oleh sebab itu ia memerintahkan pedagang Arab lainnya agar berdiri di belakang Abu Sufyan dengan tujuan agar mereka menjadi hakim atas ucapannya. Dengan begitu Hiraklius berharap Abu Sufyan akan memberikan jawaban yang jujur. Sebab jika ia tidak jujur, otomatis orang-orang yang berdiri di belakangnya akan bersaksi atas kedustaannya.

Meski Hiraklius berjaga-jaga agar Abu Sufyan tidak berbohong, sebenarnya dalam hati Abu Sufyan sendiri tidak ada besitan untuk memberikan informasi yang tidak benar atas Nabi SAW. Hal ini karena tabi'at orang Arab di masa jahiliyah sama sekali tidak suka dengan kebohongan. Bagi mereka bohong adalah sikap pengecut yang tidak bisa diterima.

Abu Sufyan  pada saat itu tentu belum masuk Islam. Dan meski Abu Sufyan  pada saat itu menaruh dendam kesumat kepada Nabi Muhammad SAW, dan ia pun yakin para sahabatnya tidak akan mendustai apa pun yang akan ia ucapkan kepada Hiraklius, meski demikian, Abu Sufyan  sama sekali tidak terbesit untuk melakukan kebohongan.

Maka mulailah dialog antara Abu Sufyan bin Harb dan Hiraklius di depan semua orang baik Arab maupun Romawi. Hadir juga dalam kesempatan itu pejabat-pejarab terhormat, para birokrat, menteri, dan para sarjana untuk mencari tahu lebih dalam dan memastikan kebenaran nubuwah yang muncul di Tanah Arab tersebut. Apakah nubuwah tersebut benar-benar datang dari langit ataukah sebuah kedustaan yang dibuat-buat.

Terjadilah dialog yang menakjubkan antara Hiraklius, pemimpin tertinggi Imperium Romawi dengan Abu Sufyan pemimpin Makkah tentang Muhammad Rasulallah SAW. Hiraklius memulai pertanyaannya dengan, "Bagaimana nasabnya di kalangan kalian?"

Abu Sufyan menjawab, "Dia berasal dari keturunan yang terhormat."  

Hiraklius, "Apakah ada dari kalangan kalian sebelum ini yang mengucapkan seperti yang diucapkan orang ini?" Maksudnya, apakah sebelumnya ada orang yang mengaku nabi dari kalangan orang Arab.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline