Lihat ke Halaman Asli

Childa Fauzia

Mahasiswi Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Kikis Stigma Sarjana Harus Jadi Pegawai

Diperbarui: 29 September 2022   08:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Foto Bersama wisudawan/wati Fakultas Dakwah dan Komunikasi UNISNU Jepara)

Dewasa ini mewajibkan kita untuk menghadapi tiap rangkaian realita yang kebanyakan tidak sesuai dengan ekspektasi. Namun sesuai dengan slogan yang selalu di gembor-gemborkan ketika kita berada di dunia perkuliahan bahwa "Mahasiswa adalah agen perubahan", nampaknya harus kita mempersiapkan diri sedini mungkin. 

Terlebih bagi kita para wisudawan/wisudawati yang baru- baru ini telah sah menerima amanah atas penyematan tanda gelar tepat dibelakang namanya. Para sarjana baru atau yang biasa disebut dengan fresh graduate dapat dikatakan masih hangat-hangatnya dalam menjalankan misi tugasnya, baik dalam hal etos kerja maupun perencanaan action sekaligus. 

Jadi, mereka dinilai paling pas dan efektif menempati segala posisi jabatan-jabatan strategis dengan harapan dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya agar lebih maksimal.

Pada awal masa-masa seperti ini, tentu banyak sekali keinginan yang memenuhi list rancangan untuk sesegera mungkin diwujudkan. Namun, pada realitanya tidak semua yang kita harapkan dapat terjadi persis sesuai dengan alur cerita yang kita kehendaki. Maka sudah sepantasnya kita harus bisa menjadi pribadi yang dinamis dan menyiapkan alternatif perencanaan jika saja plan awal kita gagal dalam proses perjalanannya.

Benar saja, menurut survei yang dilakukan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi, dalam hal ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mencatat setiap tahunnya lahir sekitar 1,7 juta sarjana baru. Angka yang cukup besar untuk bisa melakukan action perubahan dalam berbagai lini kehidupan.

Namun realita mencatat di tahun 2021 jumlah pengangguran di Indonesia sebanyak lebih dari 8 juta sarjana, meningkat 26,3% dibanding tahun 2020. Banyak hal yang mempengaruhi adanya lonjakan tersebut, diantaranya :

-Kesempatan kerja yang terbatas

-Kualifikasi pekerjaan yang tidak sesuai

-Minimnya kemandirian pencari kerja untuk berwirausaha


Dan mungkin masih banyak lagi alasan-alasan yang melatarbelakanginya. Maka sudah sepantasnya kita mempersiapkan diri untuk sedikit mengesampingkan stigma yang telah berkembang dimasyarakat bahwa setelah sah nya penyematan gelar seorang sarjana harus diikuti dengan pencapaian-pencapaian yang luar biasa pula. Salah satunya dengan mendapatkan sebuah pekerjaan yang layak dan sesuai dengan apa yang ia tekuni selama menjadi seorang mahasiswa.

Padahal pada kenyataannya tidak semua orang memiliki alur kehidupan yang sama. Ada yang langsung diterima saat melamar pekerjaan, ada yang berkali-kali tak kunjung mendapat panggilan jua. Bahkan ada pula yang bernasib baik dilamar pekerjaan dikarenakan etos kerja, dedikasi yang tinggi, maupun keloyalan dll, yang sudah nampak semenjak ia masih menjadi mahasiswa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline