Manusia hidup sebagai makhluk sosial, yang artinya akan selalu membutuhkan orang lain, yang juga berarti akan selalu berinteraksi dengan orang lain. Proses interaksi antar manusia tidak selalu berjalan mulus. Terkadang terjadi juga beberapa perselisihan antar individu maupun kelompok yang hingga akhirnya mengakibatkan konflik besar seperti perang. Contohnya bisa dilihat pada konflik antara Rusia vs Turki.
Negara Rusia dan Turki memang terkenal tidak pernah bisa berdamai. Selalu terjadi konflik di antara kedua negara ini. Perselisihan antara Rusia dengan Turki ini telah dimulai sejak tahun 1806, yang awalnya karena masalah perebutan wilayah perbatasan. Kedua negara ini sempat berdamai dan membuat perjanjian, namun kemudian mereka terlibat lagi dalam suatu perang, dan berlanjutlah konflik antara kedua negara tersebut hingga saat ini.
Konflik yang tak kunjung padam antara Rusia vs Turki kembali memanas saat ini. Belum lama ini, sebuah pesawat Rusia jatuh di perbatasan Turki-Suriah yang merupakan hasil perbuatan Turki. Presiden Rusia mengecam keras kejadian penembakan ini. Ia menganggap penembakan ini merupakan salah satu bentuk aksi terorisme yang dilakukan Turki terhadap Rusia. Presiden Rusia, Vladimir Putin, bahkan menuding bahwa Turki menembak pesawat tempurnya pekan lalu untuk mengamankan pasok minyak dari kelompok yang menamakan diri Negara Islam atau yang saat ini kita kenal sebagai ISIS.(http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/11/151130_dunia_turki_rusia_minyak)
Sementara itu, pihak Turki membela dirinya dengan mengatakan bahwa mereka melakukan penembakan terhadap pesawat Rusia karena pesawat tersebut telah melanggar batas wilayah udara Turki. Mereka justru memberikan tudingan balik kepada Rusia dan Erdogan-presiden Turki-mengatakan bahwa ia mempunyai bukti bahwa Rusia telah melakukan perdagangan minyak ilegal dengan ISIS, dan tentunya tudingan ini ditolak mentah-mentah oleh Rusia.(http://international.sindonews.com/read/1066794/41/rusia-bingung-dengan-tudingan-balik-turki-1449218213)
Aksi saling menuduh yang dilakukan kedua negara ini tentunya membuat suasana semakin panas. Turki yang tidak mau meminta maaf atas penembakan pesawat Rusia karena Turki merasa mereka hanya melindungi hak wilayah mereka, dan Rusia yang terus-menerus menuntut dan menyatakan bahwa Turki telah melakukan tindakan yang salah. Ditambah dengan isu perdagangan minyak ilegal dengan ISIS.
Jika melihat situasi di atas, mudah saja disimpulkan bahwa konflik kedua negara ini memang terlalu rumit, dan sulit diatasi.
Dari konflik antara Rusia vs Turki inilah dapat diambil pelajaran, bahwa interaksi sosial yang seimbang antar manusia sangatlah diperlukan. Sesekali memang pasti terjadi konflik, namun setiap konflik tentunya memiliki jalan penyelesaian. Siapa yang akan menyangka kalau perang tidak berkesudahan antara Rusia-Turki merupakan hasil dari gagalnya proses asosiatif dalam interaksi sosial. Konflik Rusia-Turki yang dianggap tidak dapat diselesaikan sebenarnya masih mempunyai solusi. Mereka bisa berdamai jika saja kedua belah pihak mau mengakui kesalahan dan saling memaafkan. Memang tidak semudah yang dikatakan, namun semua hal memang membutuhkan proses.
cqa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H