Lihat ke Halaman Asli

Dikutuk Jadi Guru

Diperbarui: 30 November 2015   19:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Suara tawa riang murid-muridnya di lapangan selalu terdengar sama setiap jam istirahat. Suasana ruang guru yang cukup panas, ditambah dengan celoteh kepala sekolah tentang kurikulum baru semakin memperburuk suasana hatinya yang memang selalu suram setiap kali berada di sini.

Ya, Kayla memang tidak pernah berharap untuk berada di sini. Sejak kecil, ia selalu bermimpi untuk menjadi seorang diplomat. Berbagai macam kursus telah ia ikuti untuk mengasah kemampuan bahasa asingnya. Sejak di bangku SD, ia bahkan sudah memenangi berbagai macam perlombaan. Speech, story telling, menulis cerpen, dan lain-lain. Prestasinya semakin mengagumkan saja ketika ia mulai memasuki bangku SMP. Nilai-nilainya yang selalu jauh di atas teman-temannya membuat ia menjadi murid kesayangan para guru. Ia bahkan menyandang gelar sebagai ketua OSIS, dan ia merupakan pendiri klub bahasa asing di SMAnya. Kebanggaannya semakin bertambah ketika ia diterima di jurusan Hubungan Internasional di suatu universitas ternama.

Lengkap sudah,’pikirnya.

Kayla semakin semangat belajar. Yang ia pikirkan hanyalah bagaimana ia bisa meraih mimpinya. Berpikir tentang cinta pun ia tak sempat.

Namun sayangnya, semuanya tidak berjalan semudah yang ia bayangkan. Gelar sarjana Hubungan Internasional yang disandangnya ternyata tidak dengan serta merta mempermudahnya dalam mencari pekerjaan. Kesana kemari ia mencari pekerjaan bermodal ijazah dan kemampuannya. Namun tentu saja ia menyadari, di negaranya ini, ia akan kalah bersaing dengan orang-orang yang memiliki ‘modal’ lain.

Dan di sinilah ia berakhir. Di tempat yang tidak pernah sedikitpun terbersit di benaknya, dengan profesi terkutuk yang bahkan tidak pernah terlintas dalam pikirannya.

Guru. Guru bahasa inggris di sebuah SD yang terletak di kampung.

Kayla bahkan tidak bisa membayangkan apa yang bisa lebih buruk dari ini.

Teringat kembali hari pertamanya masuk kelas.

Good morning class, how are you?” sapanya dengan senyum yang sangat dipaksakan

Namun seisi kelas hanya terdiam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline