Lihat ke Halaman Asli

Chika Ismauzi Alfazira

Mahasiswi Kesehatan Masyarakat

Tips Menjaga Kesehatan di Era New Normal

Diperbarui: 5 September 2020   12:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Normal baru (norba) atau the new normal jadi trending topic dikalangan masyarakat di seluruh dunia. Banyak masyarakat yang “berdiskusi” tentang new normal terkait protokol kesehatan selama pandemi virus corona (Covid-19) yang kemungkinan terus berlaku pasca-pademi. Menggunakan masker dan sering mencuci tangan akan menjadi normal baru. 

Demikian pula menjaga jarak sosial (social dsistancing), jarak fisik (physical distancing), dan menghindari kerumunan. Oganisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah merilis pedoman The New Normal. Dilansir laman halodoc, pandemi corona telah mengubah banyak hal dalam setiap sisi kehidupan. Perubahan perilaku atau yang disebut The New Normal adalah sesuatu yang dianjurkan oleh WHO. Beradaptasi dan “hidup berdampingan dengan corona” bukan sesuatu yang mudah.

Normal baru adalah perilaku dan kondisi yang tadinya dianggap asing, aneh, atau tidak lazim akan menjadi hal biasa. Pengertian The New Normal versi pemerintah antara lain dikemukakan Menko PMK Muhajir. Dilansir laman kumparan, salah satu pengertian new normal adalah mengutamakan protokol kesehatan saat melakukan berbagai aktivitas di luar rumah. 

Adaptasi Kebiasaan Baru bukan tentang pilihan cocok atau tidak cocok, bukan pula pilihan harus diterapkan atau tidak. Melainkan cara pandang baru menjalani kehidupan yang produktif dan berdampingan dengan Covid-19. Hal ini ditandai penerapan protokol kesehatan yang ketat dalam beraktivitas sehari hari seperti belanja kebutuhan rumah atau makan restoran kita harus tetap menerapkan kebiasaan baru.

Bila kebiasaan baru tidak dilakukan secara disiplin atau hanya dilakukan oleh sekelompok orang saja maka hal ini bisa menjadi ancaman wabah gelombang kedua. Kebiasaan lama yang sering dilakukan seperti bersalaman, cipika-cipiki, cium tangan, berkerumun atau bergerombol, malas cuci tangan harus mulai ditinggalkan karena mendukung penularan Covid-19. 

Diharapkan dengan seringnya menerapkan kebiasaan baru dimanapun, semakin mudah dan cepat menjadi norma individu dan norma masyarakat. Dengan demikian kita bisa bekerja, belajar, beribadah dan beraktivitas lainnya dengan aman, sehat dan produktif. Adaptasi kebiasan baru yang dimaksud ialah mamakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.

Wabah virus corona yang masih berlangsung hingga saat ini membuat masyarakat harus menjaga diri agar tidak terinfeksi. Kini Indonesia telah memasuki masa New Normal , New Normal dikatakan sebagai adaptasi kebiasaan baru ditengah pandemi virus corona yang angka kesembuhannya makin meningkat. Pemerintah daerah diizinkan untuk mempersiapkan new normal jika daerah mereka berada di tingkat moderat atau sedang. Ada tiga aspek suatu daerah bisa dicabut PSBB nya dan digantikan dengan New Normal, pertama aspek epidemiologi, berapa jumlah penurunan kasus positif, yang kedua indikator public health, berapa banyak tes yang dilakukan secara masif, yang ketiga fasilitas kesehatan, seberapa banyak fasilitas yang dimiliki suatu daerah.

Pedoman The New Normal dari WHO itu antara lain:

1. Mengenakan Masker

Mengenakan masker bisa jadi kedepannya menjadi keajiban yang harus dilakukan dan diatur oleh negara/pemerintah. Sebaik-baiknya aturan ini berdasarkan motivasi bukan menerapkan denda bila tidak dipatuhi. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Benjamin Van Rooij dan Emmeke B. Kooistra dari University of Amsterdam, menunjukkan baha orang lebih mematuhi pedoman coronavirus karena mereka termotivasi bukan karena ancaman.

2. Batasan Interaksi Sosial di Tempat umum

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline