Pernahkah kalian mendengar kata 'narsis'?.
Biasanya kata ini diucapkan untuk orang-orang yang senang sekali berfoto, bersolek atau berdandan. Kata ini kemudian dilontarkan sebagai sebuah olok-olokkan semata.
Namun, 'narsis' ternyata merupakan sebuah gangguan kepribadian yang dinamakan 'Narcissistic Personality Disorder' atau disingkat sebagai NPD. Dalam mitologi Yunani disebutkan bahwa ada seorang bernama 'Narcissus' yang jatuh cinta dengan pantulan dirinya di air, dia sangat jatuh cinta sampai tidak bisa melihat apapun lagi di sekitar kecuali bayangan dirinya sendiri. Maka, itulah asal mula kata 'narsis' terbentuk yang mendeskripsikan tentang seseorang yang mencintai dirinya sendiri secara berlebihan.
NPD sebagai sebuah gangguan psikoanalisis pertama kali dikenalkan oleh Kohut pada tahun 1968 (Akhtar, 1982). Kohut secara intensif menuliskan pandangannya bahwa orang dengan NPD merupakan gangguan kepribadian yang berdasar pada psikoanalitik. Orang dengan gangguan ini dilihat berdasarkan ciri-ciri :
- Secara social, mereka cenderung kesulitan dalam membentuk dan mempertahankan sebuah hubungan,
- Memiliki sedikit atau bahkan sama sekali tidak memiliki empati terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain (lack of empathy),
- Memperlihatkan keangkuhan secara terang-terangan dalam skema yang tidak realistis,
- Memiliki harga diri yang berlebihan,
- Kebutuhan konstan akan pujian dan perhatian,
- Menilai diri sendiri secara berlebihan,
Kohut menggambarkan orang dengan gangguan narsistik ini merupakan reaksi terhadap harga dirinya yang terluka. Sehingga orang dengan gangguan ini berusaha 'membalas dendam' untuk menghilangkan 'luka' tersebut dengan cara apapun, salah satunya dengan (secara tidak sadar) menumbuhkan jiwa narsistik ini.
Teori lain oleh Bach mengungkapkan bahwa orang dengan NPD memiliki kekurangan dalam lima bidang penting, yaitu; persepsi tentang diri (termasuk tubuhnya sendiri); Bahasa -- cara mengatur pemikiran; intensionalitas dan kemauan; serta pengaturan suasana hati dan persepsi. Orang dengan 'narcissistic' sebagian besar bertutur kata yang bersifat 'auto-centric' yaitu kata-kata yang memuji dirinya sendiri dengan merendahkan orang lain, jadi berkomunikasi dengan orang NPD bukan untuk berkomunikasi dan memahami orang lain tetapi untuk mendengar dia memuji dirinya sendiri. Ada kesenjangan yang aneh antara kata-kata dan persepsi dan orang dengan NPD ini memberi kesan bahwa dia sedang berbicara sendiri atau bahwa kata-katanya berputar-putar tanpa henti.
NPD bisa disebabkan karena berbagai hal, karena itu perlu didiagnosis secara mendalam oleh ahlinya dan tidak bisa diatasi sendiri. Dan kita juga tidak bisa men-judge seseorang bahwa orang tersebut mengidap NPD atau tidak karena penyebab NPD itu kompleks. Namun, para ahli percaya bahwa NPD bisa juga disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan bagaimana otak seseorang mempengaruhi perilaku dan cara berpikir.
Dalam upaya mencegah munculnya Narcissistic Personality Disorder (NPD), penting bagi kita semua untuk mengembangkan sikap dan pola pikir yang positif. Dengan memahami nilai-nilai seperti kerendahan hati, empati dan penghargaan terhadap prestasi kolektif, kita juga dapat membentuk hubungan yang lebih sehat dan berkelanjutan dengan orang sekitar kita. Dengan menghargai keunikan dan kontribusi setiap individu tanpa merendahkan orang lain, kita juga dapat membentuk lingkungan yang mendukung perkembangan pribadi yang seimbang dan berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H