Lihat ke Halaman Asli

Frichicilia Grace Stahlumb

No Sound Without Silence =)

Bahagia Itu Bukan Seberapa Banyak yang Kita Miliki, tetapi Seberapa Banyak yang Kita Nikmati

Diperbarui: 29 April 2021   07:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[Source: behance.net]

"Bahagia itu kalau kita hidup kaya raya dan banyak uang."

"Bahagia itu kalau kita bisa liburan ke berbagai negara di dunia."

"Bahagia itu kalau kita punya pekerjaan dan karir yang stabil."

"Bahagia itu kalau kita udah punya uang yang banyak, terus kita bisa berbagi ke orang-orang yang tidak mampu tanpa kuatir dengan kondisi keuangan kita sendiri."

"Bahagia itu kalau kita sehabis lulus kuliah bisa bekerja di perusahaan ternama."

Mungkin diantara kita semua ada yang pernah mendengar atau mengucapkan sendiri kalimat-kalimat di atas bukan? Buat saya tidak ada yang salah dengan definisi bahagia di atas. Setiap orang memiliki definisi bahagianya sendiri. 

Tetapi di jaman sekarang arti kebahagiaan mulai mengalami pergeseran makna. Bahagia tampaknya adalah sesuatu yang harus dicapai dan dikejar, apalagi di jaman sekarang yang serba dinamis banyak sekali standar 'bahagia' yang ditampilkan masyarakat. 

Akibatnya, jika standar tersebut tidak tercapai artinya tidak ada pengakuan dari orang-orang di lingkungan kita. Akhirnya esensi bahagia itu menjadi hilang dan seakan menjadi beban tersendiri bagi diri kita sendiri.

Ada sebuah pepatah berkata:

"Mengejar kebahagiaan adalah ungkapan yang paling konyol, jika kamu mengejar kebahagiaan, kamu tidak akan pernah menemukannya. Yang kamu perlukan adalah menciptakan kebahagiaan itu sendiri."

Saya sangat setuju dengan pepatah ini. Karena kenyataannya memang banyak orang yang beranggapan bahagia itu harus dikejar semaksimal mungkin. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline