Jika disuruh menjelaskan bagaimana setengah perjalanan tahun 2020 ini, saya akan menggambarkannya seperti sebuah kapal yang berada di tengah laut dengan ombak besar setiap saat. Tahun 2020 seakan mengajak kita untuk menerka-nerka apalagi yang akan terjadi selanjutnya, penuh dengan pertanyaan dan ketidakpastian.
Banyak hal-hal tidak terduga terjadi, dan yang paling segar dalam ingatan kita jika menyebutkan rangkaian kejadian di tahun 2020 adalah pandemi COVID-19 yang membuat seluruh tatanan kehidupan dunia berubah dalam sekejap. Hal-hal serta kebiasaan yang dahulu kita bisa melakukan nya sesuka hati kini semuanya serba terbatas dan serba diatur. Tentu saja, sebagai masyarakat mau tidak mau kita harus terbiasa dengan tatanan kehidupan baru tersebut dengan segala konsekuensi yang ada.
Dengan perubahan 'aturan dan kebiasaan' yang terjadi secepat kilat saat pandemi COVID-19 sudah meluas, tentunya beberapa sektor juga mengalami perubahan kehidupan yang cukup drastis. Salah satu sektor yang cukup menarik perhatian buat saya adalah sektor perekonomian dan keuangan. Ini dapat dilihat dari beberapa hal yang terjadi beberapa bulan terakhir saat pandemi COVID-19 sudah masuk Indonesia:
Lonjakan Harga Barang.
Sesaat setelah pandemi sudah meluas di Indonesia, masyarakat berdatangan menyerbu swalayan dan supermarket untuk membeli barang kebutuhan pokok dalam jumlah yang bisa dikatakan tidak terkendali. Pembelian yang tidak terkendali ini menyebabkan kelangkaan barang yang berakibat pada kenaikan harga barang. Harga barang yang naik juga dimanfaatkan oleh sekelompok orang untuk mencari keuntungan semata dengan menimbun barang dan menjualnya dengan harga yang sangat tidak wajar.
Kepanikan Massal.
Selain lonjakan kenaikan harga, kepanikan juga melanda masyarakat. Penggunaan media sosial yang tidak terkendali ditambah banyaknya informasi dan berita yang bermunculan silih-berganti tanpa 'disaring' terlebih dahulu pastinya membuat masyarakat dilanda kepanikan yang tidak berujung sehingga pada akhirnya masyarakat cenderung bertindak gegabah, seperti contohnya penarikan uang dalam jumlah besar secara tidak terkontrol di bank/ATM tanpa pertimbangan terlebih dahulu.
Kecemasan Masyarakat.
Selain kepanikan, efek domino yang ditimbulkan saat masa pandemi ini adalah kecemasan dari masyarakat itu sendiri. Dengan kondisi perekonomian saat ini yang masih belum stabil, ditambah dengan munculnya berita-berita mengandung 'provokasi' yang kredibilitasnya pun masih dalam 'tanda tanya' pasti akan muncul pikiran-pikiran tidak penting yang berlebihan dan berujung pada prasangka buruk terhadap beberapa pihak. Padahal apabila ditanggapi dengan bijak, hal seperti ini sangat bisa diantisipasi.
Secara tidak langsung, apabila kebiasan-kebiasaan seperti di poin yang disebutkan masih terus terjadi akan sangat berpengaruh terhadap Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) dan berdampak pada perekonomian nasional. Mungkin awalnya kita bisa saja bersikap acuh tak acuh mengenai hal ini, tetapi dampak yang terjadi selanjutnya akan sangat menentukan keberlangsungan negara. Untuk mengantisipasinya, Bank Indonesia memiliki andil besar dalam menjalankan Stabilitas Sistem Keuangan.
Bank Indonesia sebagai Bank Sentral Negara Indonesia tidak hanya sekedar mengatur peredaran masuk-keluarnya mata uang rupiah, tetapi juga bertangung jawab untuk selalu menjaga Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) terjaga.
Berdasarkan dari situs Bank Indonesia, Stabilitas Sistem Keuangan adalah suatu kondisi yang memungkinkan sistem keuangan nasional berfungsi secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap kerentanan internal dan eksternal sehingga alokasi sumber pendanaan atau pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional (PBI 16/11/PBI/2014 tentang Pengaturan dan Pengawasan Makroprudensial).
Di dalam Stabilitas Sistem Keuangan juga terdapat Kebijakan Makroprudensial yang digunakan untuk memelihara Stabilitas Sistem Keuangan secara keseluruhan melalui pembatasan resiko sistemik. Secara sederhana peran Stabilitas Sistem Keuangan dijabarkan melalui video di bawah ini:
Lantas, sebagai masyarakat dan generasi penerus bangsa Indonesia kita juga dapat berkontribusi untuk menjaga Stabilitas Sistem Keuangan, salah satu cara sederhananya dengan Cerdas Berperilaku. Cerdas berperilaku disini artinya kita dapat menimbang dan memikirkan dengan bijaksana tujuan, sebab dan akibat kita melakukan suatu hal dalam kondisi dan situasi tertentu.
Saya akan mengambil beberapa contoh sikap cerdas berperilaku yang dapat membantu kita untuk menjadi lebih bijak dan siap ambil bagian menjaga Stabilitas Sistem Keuangan agar makroprudensial tetap aman terjaga.
Kelola Keuangan Dengan Bijak.
Masa pandemi ini secara tidak langsung mengajak kita untuk lebih peduli dalam mengelola keuangan. Karena saat ini banyak masyarakat yang melakukan pencairan dana dan penarikan besar-besaran di bank maupun ATM karena pengelolaan keuangan yang tidak seimbang. Sebenarnya hal ini dapat diminimalisir, selain dengan menabung secara rutin. Setidaknya mulailah coba alokasikan sedikit dari penghasilan yang dimiliki untuk investasi kecil-kecilan seperti dengan tabungan berjangka, ikut obligasi, reksadana, atau membeli emas.
Selain itu, kita harus lebih bijak membedakan kebutuhan dan keinginan. Apalagi saat pandemi ini banyak sekali merchant menawarkan potongan harga besar-besaran yang pastinya membuat semua orang tergiur. Sebisa mungkin kita harus bersikap rasional apakah kita memang memerlukan barang tersebut di kehidupan sehari-hari ataukah cuma sebagai kesenangan pribadi semata.
Bijak Dalam Ber-Media Sosial dan Jangan Mudah Terpancing.
Media sosial saat ini tidak bisa dari kebiasaan masyarakat modern. Dengan situasi pandemi sekarang, diharapkan masyarakat dapat bijak dalam mengelola media sosial. Sebaiknya, hindari penggunaan media sosial untuk mendapat keuntungan sepihak atau mencari perhatian semata, karena masih banyak masyarakat yang membutuhkan media sosial untuk mendapatkan informasi yang terpercaya, maupun sebagai media untuk mempermudah mencari nafkah (online shop).
Masa pandemi ini pastinya banyak sekali berita dan informasi yang masuk silih berganti tanpa kita ketahui kredibilitasnya. Pastikan berita dan informasi yang kita dapatkan memang berasal dari sumber yang dapat dipercaya. Selain itu, hindari berita dengan kata-kata yang mengundang provokasi. Bisa kita liat sendiri di televisi maupun media elektronik banyak sekali kasus-kasus yang diawali dengan unggahan di media sosial berujung ke ranah hukum akibat pengguna yang tidak bijak dan sembarangan berpendapat di media sosial. Serta, tidak salah juga kita meng-edukasi para pengguna media sosial awam untuk menggunakan media sosial nya dengan bijaksana.
Selalu Patuh Pada Protokol Kesehatan.
Pemerintah saat ini selalu menganjurkan masyarakat agar patuh terhadap protokol kesehatan, seperti jaga jarak aman, social and physical distancing, serta penggunaan masker dan hand sanitizer. Walau protokol kesehatan yang kita lakukan sekarang terkesan tidak nyaman dikarenakan ruang gerak menjadi sangat terbatas, tetapi hal positif yang kita ambil dari himbauan pemerintah ini adalah agar kita tidak menjadi pribadi yang egois dan ikut berjuang bersama-sama melawan pandemi. Dengan membantu pemerintah menjalankan protokol kesehatan setidaknya kita ikut berkontribusi membantu pandemi cepat berakhir.
Mengisi Waktu Luang dengan Berbagai Kegiatan.
Pemberlakuan Work From Home atau beraktifitas di rumah saja saat pandemi memungkinkan kita banyak memiliki waktu luang di rumah. Saat seperti ini dapat kita manfaatkan dengan melakukan kegiatan yang sebelumnya tidak bisa dilakukan karena rutinitas pekerjaan seperti memasak, berkebun, atau sekedar chit-chat akrab dengan para keluarga di rumah. Selain itu kita juga dapat meluangkan hobi atau mencoba hal-hal yang baru seperti memasak atau membuat konten menarik, siapatau saja dari hal tersebut adalah jalan kita untuk mendapat penghasilan tambahan bukan?
Berpikir Positif.
Di saat situasi pandemi seperti saat ini, tak jarang kita dihantui oleh pikiran-pikiran negatif yang berlebihan. Pikiran negatif akan terus membawa kita kepada kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan akibatnya akan berpengaruh pada diri kita sendiri yang menjadi tidak percaya diri dan tidak produktif. Maka dari itu, coba isi waktu luang kita dengan melakukan hal-hal positif, berpikir sesuatu yang memotivasi dan membuat semangat, merelaksasikan diri sejenak, tenangkan pikiran dan yakinkan diri kita bahwa kita adalah yang terbaik.