Lihat ke Halaman Asli

Mungkin Inilah yang Dinamakan: Belum Jodoh

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biarkan aku tersenyum sejenak saat mengingat kenangan kita dulu. Our first date in Sydney Opera house… Kita berencana melihat kembang api bersama saat Australian Day. Namun ternyata kita mendatangi lokasi yang salah. Tak ada kembang api di sana. Jangankan kembang api, orang2 pun tak seramai yang kita pikirkan. Dan saat itu, walaupun kita kecewa, namun kamu berkata “Lets look at the sky ^^ Look all those stars. Look at the night view of this place. Beautiful isnt it?” Aku pun memandang ke angkasa. Melihat bulan yang tampak bulat sempurna. Kita pun mengabadikan dalam kamera keindahan Sydney Bridge yang penuh dengan lampu. Lalu kita duduk di tepi Sydney Opera House, mencium aroma laut sambil memandang pantulan cahaya lampu dari kejauhan. Indah sekali.

Kamu pun mengajakku mendaki anak tangga Opera House. Kita berlari ke sana kemari. Tertawa dan berteriak histeris ke arah Botanic Garden. Lelah menerpa, kita pun lalu duduk persis di anak tangga teratas di bawah Opera House. Lalu kamu pun menyematkan sebuah earphone dari mp3mu di telingaku, memasang yang satu lagi di telingamu, lalu lantunan piano pun mengalun lembut. Itulah Iruma… pianis favorit kita berdua.

“I wont forget this night, our first date. Sydney Opera House, Circular Quay, stars, the moon, and You…” ujarmu sambil tersenyum. “Please wait for me for 5 years. I’ll work so hard and find a good job. On that day, I’ll come to your country and find you. I’ll make money a lot, be stable so you dont have to worry about anything. Please wait for me… I’ll come to you… Do you want to wait for me?” tanyamu sambil menatapku dalam. Aku hanya tersenyum, tak tahu harus menjawab apa. “We dont know what will happen in 5 years from now…” kataku pelan. Kamu pun terdiam, berpikir dalam. “Chibi… if in this 5 years you didnt find someone else, please tell me. I’ll come to you. I’ll come to your counry. However, if you find someone else, I wish for your hapiness…” lanjutmu pelan. Aku pun mengangguk. “I wish for your hapiness as well…”.

Manis saat itu kukenang saat ini. Walaupun sesuatu yang buruk terjadi di antara kita pada detik2 terakhir kepulanganku… yang membuat kita saling meneriaki, mencaci, bahkan berkata kasar satu sama lain, namun aku tak lupa segala kebaikan yang telah kamu lakukan padaku. Mungkin memang sebaiknya diakhiri sampai di sini. Mungkin inilah yang terbaik. Bahasamu bahasaku berbeda… budayamu budayaku berbeda… pola pikirmu pola pikirku berbeda… agamamu agamaku berbeda… Segala perbedaan itu, sulit untuk disatukan. Aku, kamu… kita sangat berbeda. Namun… aku tak lupa kita pernah memiliki satu kesamaan… Selama dua minggu, kita berbagi mimpi yang sama, berbagi rasa yang sama, berbagi tawa yang sama.

Yang berlalu biarlah berlalu… Yang dapat kulakukan adalah menghempaskan kenangan yang menyesakkan dadaku, yang mencekat tenggorokanku, kenangan yang membuatku selalu mimpi buruk selama seminggu sejak kedatanganku di negeriku. Kucampakkan saja semua itu, sama seperti ketika kamu mencampakkan bintang pemberianku ke dalam tempat sampah. Sama seperti ketika kamu merobek setiap kepingan kata2 yang kuabadikan dalam kartu pos kesukaanmu. Tak mengapa… mungkin memang begitulah yang seharusnya terjadi.

Namun, tak akan kuhempaskan senyumanmu ketika aku merasa lelah, kesabaranmu menungguku pulang, kebaikanmu yang selalu menemaniku berjalan2 santai sehabis makan malam. Tak akan kulupa wajah jenakamu saat menari dan menyanyi di hadapanku. Walau dengan lap di tangan kananmu dan piring basah di tangan kirimu dan orang2 yang memandang aksimu sambil menggelengkan kepala, namun kamu menyanyi untukku dengan penuh semangat dan tak tahu malu… Hahaha.

Tak akan kulupa caramu dalam membuat milo… susu cair putih dingin, lalu 5 sendok milo diaduk ke dalamnya. Kamu minum setengahnya lalu kau tambahkan lagi 3 sendok sebagai sentuhan akhir dalam tegukanmu. Tak akan kulupa kata2mu setiap kali membuatkanku milo dengan 6 sendok milo coklat yang kau aduk bersama… “The most important thing when you make a milo is you have to make a perfect foam in top of the milk…” katamu sambil mengaduk dengan serius. Dan kamu pun akan menjerit histeris saat aku mengaduk dengan sembarangan. “What did u do to that milo??” jeritmu sambil merebut gelasku dan mulai memperbaiki kekacauan milo yang kubuat. “From now, let me make a milo for you. Okay ^^” ujarmu sambil tersenyum seraya memberikan milo sempurna buatanmu. Hahaha… aku hanya melongo dan tertawa.

Lucu saat itu jika dikenang hari ini. Namun, semua itu kini hanya menjadi sebuah kenangan yang tersimpan rapi dalam boks memoriku. “Sorry, but I break all my promises to you!!!!! Forget everything that happened between us!!!!!!!” ujar amarahku yang sudah memuncak. “I regret my meeting with you!!!!!!!! I dont want to see you again!!!!!!!!” jawabmu dengan terjangan amukan keras.

Begitulah akhirnya… kita pun berpisah dalam amarah. Dalam ruang, jarak, dan waktu yang berbeda. Aku kembali ke masa lalu menurut masamu. Dan kamu melangkah 4 jam lebih cepat dari masaku. Pada akhirnya kita kembali dalam perbedaan. Mungkin ini yang dinamakan belum jodoh…

Jakarta, 16 Februari 2010 (Pk.20.40 WIB)

Chibi Ranran

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline