Prang!
Suara benda jatuh dari arah dapur. Ningrum berlari ke arah sumber suara. Bakso yang baru saja dibuat tercecer di lantai beserta pancinya. Beruntung pentol bakso yang lainnya tidak ikut tumpah. Ia mengambil kain pel dan serok sampah untuk membersihkan tumpahan bakso.
Mungkin kucing yang menjatuhkannya, batin Ningrum. Saat berjalan ke arah belakang diliriknya pintu samping yang tertutup.
"Kalau pintunya tertutup bagaimana kucing bisa masuk?" Ia bergumam sendiri. Seketika ia merasa ngeri dan bergidik.
Ningrum memiliki warung bakso yang ia sewa di pinggir jalan, di sebelah kirinya ada penjual gorengan, sebelah kanan penjual nasi rames dan yang paling ujung adalah penjual sate. Warung milik Ningrum berada di tengah, sejak buka tiga bulan yang lalu, warung bakso miliknya masih sepi pengunjung. Berbanding terbalik dengan warung gorengan dan sate yang berada di sebelahnya.
Setelah membersihkan bekas tumpahan bakso, Ningrum menghampiri adiknya, Ambar, yang sedang duduk di kursi kasir.
"Bunyi apa tadi, Mbak?" tanya Ambar.
"Panci baksonya jatuh, tumpah, mungkin tadi ada kucing yang masuk," jelas Ningrum sambil mendudukkan dirinya di sebelah Ambar.
"Belum ada yang datang lagi?" tanya Ningrum.
"Baru dua orang tadi aja, Mbak, padahal di luar ramai kendaraan lewat tapi gak ada yang kesini. Tadi, sih, ada motor yang berhenti di depan warung kita, kirain mau mampir ternyata beli gorengan," ucap Ambar kecewa.
"Mungkin nanti sore ramai yang beli, biasanya sore banyak orang yang cari makanan." Ningrum tersenyum ke arah Ambar.