Serat Wedhatama adalah salah satu karya agung pujangga yang sekaligus seniman besar pencipta dalam berbagai macam seni tari (beksa) dan tembang. Serat Wedhatama juga merupakan sebuah ajaran yang mengajarkan cara manusia membangun hubungan dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan Tuhan serta cara manusia membangun hubungan dengan dirinya sendiri. Serat Wedhatama adalah kitab jawa kuno yang berisi tentang konsep ketuhanan, kemasyarakatan, dan kemanusiaan.
Konsep ketuhanan ini dirumuskan dengan istilah ageming Aji yang pelaksanaannya melalui empat tahap yakni sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa, dan sembah rasa. Konsep kemasyarakatan istilahnya amemangun karyenak tyasing sasamayang yang artinya berbuat baik untuk menyenangkan hati sesama. Hubungan antar masyarakat harus dijaga agar harmonis dan selaras sehingga tercipta kedamaian dalam bermasyarakat. Sedangkan nilai kemanusiaan ini bertujuan untuk mencapat derajat jalma sulaksana yang berbudi luhur (Jatmiko, 2014). Serat Wedhatama terdiri dari tiga suku kata, yakni: serat, wedha dan tama. Serat yang artinya tulisan atau karya dalan bentuk tulisan, wedha artinya pengetahuan atau ajaran, dan tama yang berasal dari kata utama yang artinya baik.
Wedhatama merupakan ajaran luhur untuk membangun budi pekerti dan mengolah spiritual bagi kalangan raja-raja Mataram, tetapi diajarkan juga bagi siapapun yang berkehendak menghayatinya. Wedhatama ini menjadi salah satu dasar penghayatan bagi siapa yang ingin "laku" spiritual dan bersifat umum untuk lintas kepercayaan atau agama apapun. Karena dalam ajaran Wedhatama bukan lah dogma agama yang erat dengan jaminan surga dan ancaman neraka, tetapi suara hati nurani, yang menjadi "jalan setapak" untuk siapapun yang ingin menggapai kehidupan dengan tingkat spiritual yang tinggi.
K.G.P.A.A. Mangkunegara IV ini merupakan enterpreneur sejati yang sangat sukses dan memakmurkan rakyat pada masanya dengan membangun pabrik bungkil, pabrik gula Tasikmadu serta Colomadu di Jawa Tengah (1861-1863) yang melibatkan masyarakat, serta perkebunan kopi, kina, pala, serta kayu jati di Jawa Timur dan Jawa Tengah, termasuk juga merintis pembangunan Stasiun Balapan yang berada di kota Solo. Beliau ini juga terkenal gigih dalam melawan penjajahan Belanda. Hebatnya, perlawanan yang dilakukan beliau hanya dengan melalui tulisan pena yang membuat penjajah mundur teratur. Cara inilah yang dapat menjadi contoh sikap perilaku utama dalam menjunjung tinggi etika berperang (jihad a la Kejawen);"nglurug tanpa bala" dan "menang tanpa ngasorake". Kemenangan ini diraih secara kesatria, tanpa adanya melibatkan banyak orang, tanpa memakan korban pertumpahan darah dan nyawa, serta tidak pernah mempermalukan lawan. Begitulah contoh kesatria sejati. Serat Wedhatama dibuat untuk sebagai pedoman bagi para pemuda untuk menghadapi zaman selanjutnya, dan termasuk zaman sekarang ini yang telah memasuki zaman Kala Surmbaga. Serat Wedhatama merupakan sebuah karya sastra Jawa Kuno yang berisi ajaran tentang kehidupan dan kepemimpinan.
K.G.P.A.A. Mangkunegara IV, merupakan seorang raja dari Kesultanan Mangkunegaran, yang juga dikenal sebagai salah satu tokoh yang mempelajari dan mengamalkan ajaran dalam Serat Wedhatama. Dalam Serat Wedhatama, memiliki manfaat bagi calon pemimpin ataupun para pemimpin, untuk membentuk manusia utama yang diantaranya berkaitan dengan kepemimpinan yang berkaitan dengan kebudayaan tanpa meninggalkan agama yang sebagai tuntunan kehidupan umat manusia di dunia dan terdapat juga ajaran tentang kepemimpinan yang dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang, termasuk dalam upaya pencegahan korupsi.
Serat Wedhatama ini merupakan jawaban dari Jangka Jayabaya ciptaan Prabu Jayabaya (1135-1157) terhadap realitas zaman yang berkaitan erat mengenai kepemimpinan. Ada lima pupuh dalam Serat Wedhatama, yaitu Pangkur, Sinom, Pucung, Gambuh dan Kinanthi. Yang pertama Pangkur menjelaskan cara untuk dapat memiliki identitas atau menjadi pribadi yang baik. Yang kedua Sinom berisi tentang kewajiban, yakni hak dan dasar-dasar spiritual dalam menjalani kehidupan. Yang ketiga Pocung memiliki makna betapa pentingnya perjuangan manusia untuk mendapatkan kekuasaan, kekayaan serta keterampilan untuk memenuhi kebutuhan dasar kehidupan. Yang keempat Gambuh membantu untuk memahami agama yang meliputi sembah catur (raga, cipta, jiwa, rasa). Yang kelima Kinanthi yakni kebijaksanaan yang sangat tinggi
Pada zaman modern saat ini, teknologi dan sains telah sangat berkontribusi untuk mendatangkan kemudahan bagi manusia. Tetapi bukan berarti kemudian dari segala kemudahan yang ada lantas tidak ada kesulitan. Dengan implementasi Serat Wedhatama, kita dapat memiliki peluang untuk membantu membentuk pola pikir dan perilaku para generasi berikutnya untuk terus menyadari kodrat manusia sebagai ciptaan-Nya. Serat Wedhatama ini mengandung tuntunan perilaku yang dapat menjadi landasan strategi pengembangan untuk menciptakan pendidikan karakter yang berbasis budaya lokal, yaitu budaya Jawa (Sumarno, 2012).
Bagaimana Ajaran Kepemimpinan dalam serat wedhatama dalam upaya pencegahan korupsi?
Ajaran kepemimpinan dalam Serat Wedhatama yakni agar para pemimpin tidak hanya mencari nafkah (kikisane tan lyan amung ngupa boga), tetapi juga memegang teguh aturan dan kewajiban hidup, menjalankan pedoman hidup warisan leluhur dari zaman dahulu kala hingga kelak kemudian hari. Para pemimpin akan disarankan untuk mengasah akal budi, agar dapat berhasil menjadi seorang pemimpin yang terkenal dan budi pekertinya dapat menjadi contoh di masyarakat.