Lihat ke Halaman Asli

Kisah Perjalanan Seorang Pengusaha Rongsokan dalam Mengubah Limbah Menjadi Kekayaan

Diperbarui: 8 Desember 2023   08:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ijang Hermawan lahir di Bandung pada tanggaal 06 Juni 1983. Ia adalah seorang usahawan. Kemampuan berbisnis dan mencari uang sudah terlihat sedari kecil. Ijang adalah anak dari pasangan Dadang hermawan dan nyai mimin, ia juga mempunyai  saudara perempuan yang Bernama Nur. Ia lahir di sebuah desa kecil yang didalamnya berisi saudara-saudara sepupunya sendiri dan kakek neneknya , jadi desa itu adalah desa dengan sekumpulan keluarga Ijang hermawan. Ia hidup di desa dengan sumber daya yang terbatas. Keluarganya hidup dengan sederhana dan tentram . Meskipun, kehidupannya  yang sederhana hal ini dapat  membentuk karakternya dan memberinya semangat untuk meraih cita-cita yang lebih baik dan banyak lagi. Ia sejak kecil bercita-cita sebagai pengusaha sukses, dan sangat bersemangat dalam hal mencari uang sejak kecil, ia juga diajarkan oleh orang tuanya untuk bersikap mandiri.

Masa Kecil

Awalnya ia sangat tertarik dan menginspirasi ayahnya sendiri menjadi mengumpul barang bekas. Sejak kecil, ia sangat menunjukkan kepekaannya terhadap peluang. Ia  sering melihat nilai dari barang-barang bekas di sekitarnya yang sering dianggap sebagai sampah dan tidak berguna apa-apa oleh orang lain. Ketertarikannya terhadap barang bekas ini menjadi alasannya  untuk memulai bisnisnya kelak. Ketika umurnya menginjak 9 tahun ia memulai mencoba menjadi pencari barang bekas keliling  didekat rumahnya dengan memakai gerobak seadanya dan mengumpulkan barang bekas tersebut lalu menjualnya ke jasa jual barang bekas, uang yang didapat saat pertama kali ia mencoba berkeliling mencari barang bekas di dapat dengan harga 3 ribu rupiah, menurutnya itu adalah jumlah uang yang sangat besar yang didapatnya saat usia 9 tahun ini.

Setelah menyeselesaikan pendidikannya di bangku SMP,pada saat remaja ia mulai focus membantu dan ikut bekerja dengan ayahnya berkeliling, mencari barang bekas, mengumpulkannya lalu menjualnya, biasanya setalah berkeliling dan mencari barang bekas ia memilih-milih barang apa saja yang harus dipisahkan karna setiap barang beda-beda harganya ketika dijual. Contohnya seperti Besi, tembaga, barang elektronik itu biasanya dijual dengan harga yang cukup mahal dibanding dengan barang lainnya seperti botol,kardus, koran bekas itu dijual dengan harga yang cukup rendah dikala itu. Setelah pemisahkan barang yang sudah dikumpulkan oleh ia dan ayahnya dan sudah merasa cukup banyak yang terkumpul, mereka pun bergegas pergi ke jasa jual beli barang bekas, tempat itu sangat dekat sekali dengan rumahnya hanya 5 menit saja ia sudah sampai ke tempat itu. Ia sangat akrab dengan pemilik tempat jasa terima barang bekas itu atau bisa disebut “Bos” , sampai ia dianggap sebagai saudaranya sendiri dan ssering diajarkan hal-hal penting dalam melakukan jual beli barang bekas. Ia juga sering mengiktui Bos nya ini untuk menjual barang ke pabriknya atau jasa jual barang bekas yang lebih besar lagi atau bisa disebut dengan pusatnya. Oleh karena itu ia mengetahui lebih luas lagi hal dalam menjual barang bekas.

Cita-Cita 

Pada tahun 2001 ia menikah dengan seorang gadis yang Bernama Wiwit permata sari dan mempunyai 1 anak pada tahun 2002, anak perempuan yang Bernama Rinda Hermawati. Sejak sudah berkeluarga ia mulai bekerja menjadi pegawai bos nya di tempat jasa jual barang bekas yang sudah ia kenal sejak remaja itu. Setelah bekerja ditempat jasa jual barang itu ia ditawari untuk tinggal dan menetap di tempat jasa jual barang itu bersama keluarga kecilnya, ia menerima tawaran bos nya tersebut dan alih tempat kerumah yang cukup sederhana ditempat jasa jual barang itu. Keseharian yang ia lakukan setelah bekerja dan tinggal di tempat jasa jual barang bekas adalah membereskan dan memisahkan barang-barang yang sudah ditentukan dan mengirimkan barang-barang tersebut ke pabrik. Jika akhir pekan ia dan keluarga kecilnya menyempatkan untuk berlibur dan menghabiskan waktu Bersama, mereka sering mengunjungi daerah Kawasan Garut selain mereka suka dengan tempatnya, Garut juga merupakan tempat tinggal  saudara- saudaranya ia sering mengunjungi mereka di akhir pekan atau waktu yang sudah mereka rencanakan terlebih dahulu. 

Selain bekerja di tempat jasa jual barang bekas, ia juga sering berekspedisi dan hunting di berbagai pasar loak untuk mencari barang-barang bekas  lalu mengumpulkan dan menjualnya Kembali, membuatnya memiliki tambahan penghasilan, meskipun dalam keadaan gaji yang tinggal sisa.  Tapi dengan bermodalkan percaya diri dan bertekad dalam mencari rezeki , apabila saat hunting ia mendapatkan barang  yang umumnya berasal dari onderdil kendaraan, besi, kuningan, dan alumunium ini ternyata  mempunyai Harga yang begitu menguntungkan jika dijual lagi. Betapa tidak menguntungkannya  jika barang tersebut dibeli dengan harga kiloan sesuai harga pasaran barang bekas,  juga ternyata mampu dijual dengan harga batangan. Seperti misalnya Harga membeli awal seharga 30 ribu lalu setelah membelinya dan dilakukan pengecekan ulang , di utak-atik dan dibersihan harganya bisa saja jauh lebih mahal lagi misalnya bisa laku sampai mendapatkan Harga 300 ribu. Ia menjadikan itu bisnis yang sangat menguntungkan,  barang yang begitu minim nilainya di hadapan orang banyak dan tidak berguna ternyata bisa disulap menjadi produk dengan kisaran yang mahal.

Selain barang bekas laku dijual dipasaran pada saat tu, barang bekas yang dijual juga sangat membantu dalam pengelolaan limbah, daur ulang dan  barang bekas juga bisa disulap menjadi berbagai kerajinan dan bisa menjadi media pemanfaatan dan kreativitas ujar Ijang Hermawan ini. Setelah tahun ketahun ia bekerja sebagai pegawai di jasa jual beli barang bekas, ternyata tempat bekerja dan rumahnya itu akan dibeli oleh seseorang dan akan dijadikan pabrik. Lalu ia menyewa rumah kecil didekat desanya itu pindah bersama keluarga kecilnya dan ia sudah tidak lagi bekerja semenjak tempat jasa jual barang bekas itu ditutup. Karena Bos atau atasannya berpindah tempat keluar kota sehingga ia tidak ikut berkeja dengannya lagi dikarenakan tidak ingin berpisah dengan keluarganya. Setelah tidak bekerja ditempat jasa jual barang bekas itu ia memulai berkeliling lagi dengan grobaknya mencari barang bekas dan menjualnya ke jasa jual barang bekas lainnya.                                                                                       

Awal dimana Usaha Di mulai 

Tahun ketahun hari demi hari setelah ia bekerja berkeliling, mengumpulkan dan menjualnya, Pada suatu hari, ia  mendapatkan ide untuk memulai bisnis rongsokannya sendiri . Melihat nilai yang tercantum dalam limbah, ia memutuskan untuk mendaur ulang dan menjualnya kembali. Dengan modal awal yang ia keluarkan pada saat membuka usaha rongsokan ini sekitar 15 juta dan itu belum termasuk harga  sewa bangunan  namun tekad yang kuat dan dukungan istri dan keluarganya , ia memulai perjalanan bisnisnya dimulai pada tahun 2010 dengan fokus pada pengumpulan dan pengolahan limbah. Ia menyewa tempat yang masih berlokasi didekat rumahnya, namun dipinggir jalan agar bisa terlihat oleh banyak orang yang mencari jasa jual barang bekas. Ia juga membangun rumahnya di tempat yang ia sewa dengan bangunan yang sederhana untuk keluarga kecilnya.

Saat bisnis tempat jasa jual rongsokannya itu dibuka ia dibantu oleh istrinya dan saudara nya dalam mengembangkan bisnisnya ini. Istrinya membantu sebagai orang yang menjumlahkan harga barang atau bisa disebut dengan kasir, sedangkan saudaranya membantu ia untuk mengelola dan memisahkan barang-barang rongsokan sesuai yang sudah ia tentukan. Jenis barang-barang yang ia kumpulkan adalah kardus,botol, koran/majalah/buku bekas, timah,tembaga,besi, alumunium,dan barang elektronik. Ketika tempat baru dibuka ia sudah mendapatkan pelanggan yang ingin menjual barang bekas, pelanggannya itu adalah temannya sendiri saat masih bekerja ditempat jasa jual beli barang bekas terdahulu. Sehingga temannya memberi tahukan kepada teman lainnya bahwa Ijang ini sudah membuka jasa terima rongsokannya sendiri. Waktu demi waktu tempat jual rongsokannya itu mulai ramai dan orang-orang banyak menjual barang bekasnya sehingga ia mendapat keuntungan yang lumayan besar.omzet penjualannya pada saat itu mencapai ½ juta dari harga perbarangnya dan menjulanya kepabrik. Waktu terus berjalan Ia mulai berpikir dan berencana untuk menyewa lagi tempat baru didekat jasa terima rongsokkanya itu dikarenakan sudah tidak ada lagi atau sudah penuh dan tidak ada lagi tempat untuk peyimpanan barang. Kebetulan tetangganya memliki lahan kosong didekat jasa jual rongsokannya, ia langsung menghubungi tetangganya dan menanyakan apakah lahan itu disewakan atau tidak,lalu tetangganya menjawab bahwa lahan kosong itu disewakan untuk siapa saja jika ada yang berminat menyewanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline