.Masih juga membisu
.Terkungkung angan di musim lalu
.Tengok! Tuhan hampir menghela napas di singgasananya yang agung..
.Sebab kehinaan atas dimatikannya sistem panca indera yang engkau sengaja sedari dulu
.Haruskah ku sobek matamu yang buta itu
.Agar kau dengar desis angin yang tak hanya membisikkan makna kehidupan semu?
.Ya.. tentu..
.Tentu tak sepatutnya kebisuanmu mengheningkan alam yang teramat rindu..
.Biarkan saja katamu?
.Coba teriakkan pada ombak lautan yang siap menghantarkanmu pada gerbang kekekalan..
.Bahkan sebelum satu abjad sempat terlontar dari mulutmu yang nista
.Kemarilah.. ya.. tentu..
.Datang dan saksikan.. hasil kebisuanmu yang sedikit lagi mematikan jagat, atas kuasa singkat di kursi cebol tak berlengan
.Memilukan.. memang..
.Melihat senyum kemunafikan dibelakang topeng berlabel kearifan
.Maka datanglah kemusnahan tepat dibalik senja
.Tak perlu lari.. sebab memang engkaulah objek pemusnahan abadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H